REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Denyut bisnis dalam dunia sepak bola di Indonesia terus mengarah positif seiring dengan kesuksesan sejumlah klub dalam membangun manajeman profesional. Layaknya klub-klub di Eropa, saat ini banyak tim-tim Tanah Air yang berdiri mandiri mengandalkan keuangan sendiri.
Keuntungan dari segi keuangan meningkat tajam. Imbasnya, pemain-pemain dengan reputasi dunia pun bisa dibayar untuk datang bergabung. Dalam hal ini, klub asal Jawa Barat (Jabar) Persib Bandung layak dijadikan contoh terbaik.
Namun, pengusaha Indonesia, Tomy Winata, belum melihat sepak bola Indonesia sebagai ladang bisnis yang menggiurkan. Untuk saat ini, Tomy melihat sepak bola Indonesia masih harus meningkatkan kualitas kompetisi dalam negeri.
Baginya, kompetisi sehat dan hebat di dalam negeri akan menghasilkan tim-tim kuat. Tak hanya untuk tingkat nasional, tapi juga internasional. "Namanya juga dagang, kita kan harus lihat produknya ok enggak? Kalau produknya baik dan berkualitas baru bisa dijual. Jadilah itu industri bisnis," kata Tomy di markas PS TNI, Kompleks Kopassus, Jakarta Timur, Ahad (2/4).
Pendiri Artha Graha Group (AGG) dan yayasan Artha Graha Peduli (AGP) ini pun menegaskan, untuk sekarang dia belum punya rencana membeli atau bahkan membangun sebuah klub sepak bola di Indonesia. Meski demikian Tomy mengungkapkan, dia selalu rutin membangun komunikasi dengan para pakar sepak bola. Mulai dari pelatih hingga pemilik sebuah klub.
Hal itu ia tunjukkan ketika mengajak pemilik Valencia Peter Lim dan eks presiden Barcelona Joan Laporta ke markas PS TNI. "Saya mempelajari dan menyerap ilmu yang ada di mereka. Soal beli klub nanti lah, tapi sekarang belum. Intinya, ini kompetisi di Indonesia harus hebat dulu. Kemudian klubnya juga harus hebat dulu main di level Asia, baru bicara bisnis," kata Tomy.