REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO - Operasi pencarian korban longsor di Ponorogo terus dilakukan. Sebanyak tujuh alat berat disebar di tiga sektor pencarian, yakni sektor A kedalaman 17-20 meter yang ditangani oleh Basarnas. Sektor B oleh TNI dan Sektor C oleh Polri.
Hingga Senin pagi (3/4), dua korban meninggal telah ditemukan sedangkan 26 korban masih hilang. Sebanyak 300 jiwa mengungsi di rumah kepala desa dan menumpang sanak saudara terdekat yang aman dari longsor.
Panjangnya longsor yang terjadi dari mahkota longsor ke daerah hilir, mencapai 1,5 Km. Struktur geologi di sekitar tempat kejadian berupa patahan. Sehingga, perbedaan morfologi menyebabkan aliran longsor berbelok cukup jauh dampak dari longsor.
Dengan kondisi seperti itu, pengungsi sangat memerlukan bantuan, khususnya kebutuhan dasar seperti permakanan, pakaian, selimut, air bersih, sanitasi, trauma healing dan lainnya. Kondisi hujan yang masih sering turun di lokasi longsor juga mengganggu aktivitas pencarian korban. Dengan kondisi itu, ke depannya para pengungsi harus segera direlokasi dari tempat tinggalnya saat ini
"Bersama pemerintah daerah setempat, kami telah meminta untuk menyediakan segera tempat relokasi penduduk. Bupati telah menyetujui usulan masyarakat untuk membangun di lokasi ladang mereka. Namun akan kami kaji lebih dahulu daerah tersebut aman atau tidak dari potensi bencana" Kepala BNPB Willem Rampangil, Senin (3/4).
BNPB juga memberikan Dana Siap Pakai sebesar Rp 500 juta untuk penanganan darurat bencana tanah longsor di Kabupaten Ponorogo. Dana tersebut digunakan untuk operasional dalam penanganan darurat.
Masa tanggap darurat berlaku dari 2 April 2017 sampai dengan 15 April 2017, pencarian dan penanganan pengungsi masih terus dilanjutkan.
Bencana tanah longsor ini akan menjadi bencana yang ditangani oleh Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo. BNPB terus melakukan pendampingan kepada BPBD, baik pendanaan, logistik, manajemen dan tertib administrasi selama masa tanggap darurat bencana longsor di Ponorogo.