REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampanye negatif terkesan masih belum akrab di telinga meski penerapannya telah dimulai sejak lama. Kampanye ini menggunakan serangan dengan berita negatif untuk menurunkan elektabilitas rival.
Sekretaris tim sukses pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Ace Hasan Syadzily mengatakan saling serang adalah hal biasa dalam kampanye. Penerapannya pun sudah dimulai sejak Putaran I Pilkada DKI Jakarta. "Meski demikian, kampanye negatif harus didasarkan pada kesantunan, data-data akurat, faktual, bukan imajinasi, dan menggiring opini negatif," kata Ace saat dihubungi Republika.co.id, Senin (3/4).
Menurutnya, hal ini yang harus dihindari. Jika tidak, maka serangan itu jelas merupakan kampanye hitam. Ace menegaskan setiap pelanggaran tersebut harus ditindak tegas dan diberi sanksi, yakni tidak diizinkan lagi berkampanye.
Selain itu, kampanye pun harus mengedepankan keharmonisan. Seperti misalnya tidak menyerang agama. "Memilih atas dasar agama itu sah-sah saja, tapi harapan saya itu tidak disampaikan di depan publik karena bisa menimbulkan perpecahan. Itu yang harus kita jaga betul," katanya.
Menurut dia, Indonesia adalah negara dengan bermacam-macam suku dan agama. Jika mengedepankan aspek SARA, tambahnya, maka implikasinya masyarakat akan terkotak-kota berdasarkan SARA itu. Akan ada mayoritas dan minoritas. "Padahal dalam sistem demokrasi sistem-sistem itu harus dihindari, semua sama di depan negara," katanya.