Senin 03 Apr 2017 23:31 WIB

BNPB Gunakan Drone Petakan Area Longsor di Ponorogo

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
Drone
Foto: EPA
Drone

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi SAR untuk menemukan korban yang masih tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan menggunakan drone untuk membantu pencarian dan pemetaan area longsor.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebanyak lebih dari 1.500 personil tim SAR gabungan terus mencari korban. Sebanyak tujuh alat berat dikerahkan. Operasi pencarian dilakukan dengan membagi tiga sektor, yaitu sektor A untuk kedalaman timbunan longsor 17-20 meter dikoordinir oleh Basarnas, sektor B oleh TNI, dan sektor C oleh Polri.

"Luasnya landaan longsor maka BNPB bersama BIG (Badan Informasi Geospasial) dan Badan Geologi menerbangkan drone atau pesawat tanpa awak untuk memetakan daerah longsoran guna membantu kaji cepat operasi tanggap darurat," kata Sutopo dalam keterangan persnya, Senin (3/4).

Peta ini nantinya akan digunakan untuk menjelaskan lebih detil mengenai luas dan dampak longsoran. Selain itu, dengan pemetaan detil melalui drone dapat dilihat secara langsung kemungkinan adanya daerah-daerah lain berpotensi longsor susulan.

Hasil pemetaan dan survai di lapangan menunjukkan bahwa jenis longsor di Ponorogo adalah longsor translasi. Longsor translasi ini disebabkan adanya pergerakan massa tanah dan bebatuan yang terdapat di bidang gelincir berbentuk rata.

Retakan di perbukitan yang terbentuk pada Sabtu (11/3) lalu kemudian terus melebar. Ssehingga terjadi longsor pada Sabtu (1/4) kemarin, dari mahkota longsor meluncur menghantam dinding bukit di depannya.

Ia menjelaskan adanya perbedaan morfologi menyebabkan material longsor berbelok ke arah kiri meluncur dan menerjang permukiman mengikuti lereng. Jarak antara mahkota longsor dengan titik terakhir landaan longsor sekitar dua kilometer. Lebar landaan sekitar 200 meter dan tebal longsoran 20 meter. "Inilah salah satu yang menyebabkan sulitnya pencarian korban tertimbun longsor," ungkap Sutopo.

Menurutnya, penggunaan drone untuk penanggulangan bencana bukanlah hal yang baru. Untuk kebutuhan kaji cepat yang efektif, drone sangat bermanfaat.

Dia menjelaskan, drone memiliki kemampuan baik vertikal maupun horizontal dalam jangkauan tertentu. Serta pumya kemampuan mengambil gambar dari ketinggian tertentu sehingga drone telah menawarkan gambar atau landscape berbeda dalam melihat peristiwa bencana.

"Gambar dan video yang dihasilkan dari drone menjadi sumber informasi yang penting bagi pemerintah selaku pemegang keputusan, dan juga bagi masyarakat dalam angka memberikan informasi, edukasi, dan menumbuhkan kesiapsiagaan," ujar Sutopo.

Sebuah studi yang dilakukan Palang Merah Amerika menyebutkan bahwa drone adalah salah satu teknologi baru yang paling menjanjikan dan ampuh untuk meningkatkan respons bencana. Bahkan saat ini, menurutnya drone banyak juga digunakan oleh media massa dalam peliputan bencana karena drone memiliki potensi yang besar dalam menyiarkan berita kepada publik. Mereka dapat menggunakan perangkat ini untuk melaporkan berita dari berbagai perspektif. Amri Amrullah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement