Selasa 04 Apr 2017 09:19 WIB

Berduka, Presiden Putin Letakkan Bunga di Lokasi Bom

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
Wanita menyalakan lilin di stasiun Sennaya mengenang korban ledakan di stasiun kereta di St Petersburg, Rusia.
Foto: AP
Wanita menyalakan lilin di stasiun Sennaya mengenang korban ledakan di stasiun kereta di St Petersburg, Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG -- Ledakan di kereta di St Petersburg pada Senin, (3/4) menewaskan 11 orang dan melukai 45 orang. Diduga pelaku merupakan pelaku bom diri yang berkaitan dengan gerakan radikal.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi tempat kejadian perkara. Ia meletakkan bunga berwarna merah untuk mengenang para korban.

Para saksi mata mengatakan, mereka melihat para penumpang penuh darah, terbakar dan keluar dari kereta. Sementara pintu terhempas akibat ledakan besar. Asap tebal menyelimuti stasiun St Petersburgh.

Rusia pada masa lampau pernah mengalami beberapa serangan bom yang dilakukan oleh kelompok pemberontak di wilayah Kaukasus. Namun mereka telah dihancurkan oleh militer Rusia.

Seorang pakar keamanan mengatakan, saat ini Rusia sedang sibuk melakukan intervensi militer ke Suriah. Ini membuat Rusia jadi target potensial serangan ISIS.

Hingga saat ini belum ada klaim dari pelaku serangan bom di kereta St Petersburgh tersebut. Para pejabat mengatakan, mereka menilai serangan bom di kereta merupakan aksi terorisme.

Menurut seorang penegak hukum, serangan bom tersebut dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri. Ia menyatakan, pelaku bom bunuh diri tersebut berkaitan dengan kelompok radikal yang dilarang oleh Rusia.

Beberapa warga Rusia menilai keputusan Putin untuk terlibat Perang Suriah membuat penduduk sipil jadi target aksi terorisme.

Baca juga,  Kereta Bawah Tanah di Rusia Meledak, 10 Orang Tewas.

 

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement