REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG -- Korban tewas akibat pengemboman di stasiun bawah tanah St Petersburg meningkat menjadi 14 orang. Sebelumnya, dalam kejadian yang berlangsung pada Senin (3/4) ini, 11 orang dilaporkan tewas dan 45 lainnya terluka.
Ledakan bom pada mulanya disebut terjadi sebanyak dua kali, yaitu di stasiun bawah tanah Sennaya Ploshchad dan Tekhnologichesky Institut. Namun, Komite Nasional Antiteroris Rusia mengatakan hanya ada satu ledakan yang terjadi dan diperkirakan berlangsung sekitar pukul 14.30 waktu setempat.
Dilansir dari The Independent, ledakan berasal dari sebuah perangkat yang tak dikenal. Menurut keterangan Komite Nasional Antiteroris Rusia, nampaknya serangan teror telah terkoordinasi dengan baik karena ditemukan alat peledak lainnya di stasiun Ploschad Vosstaniya.
Salah satu tersangka dalam kejadian ini diyakini adalah pria bernama Akbarzhon Dzhalilov. Ia merupakan warga Rusia yang lahir di Kyrgyztan, negara bekas Uni Soviet yang merdeka pada 1991.
Dari laporan yang disebut oleh kantor berita Interdax, Dzhalilov diyakini terkait dengan kelompok radikal. Ia tewas dalam ledakan dan jenazahnya kemudian diidentifikasi.
Sementara itu, badan inteljien Kyrgyztan disebut telah memberitahu pihak berwenang Rusia data-data mengenai tersangka. Dzhalilov diperkirakan berusia antara 21 atau 22 tahun.
Namun, tidak diketahui secara pasti apakah peran khusus dirinya dalam pengemboman di St Petersburg. Saat ini, badan intelijen Kyrgyztan terus bekerjasama melakukan penyelidikan kasus tersebut.