REPUBLIKA.CO.ID, MOCOA -- Wakil Menteri Dalam Negeri Kolombia Guillermo Rivera mengatakan korban tewas dalam bencana banjir dan longsor di Mocoa meningkat menjadi 273 orang, pada Senin (3/4). Menurutnya, jumlah korban kemungkinan masih akan meningkat dengan surutnya debit air sungai.
Tim penyelamat masih melakukan penggalian di tumpukan lumpur padat dan di puing-puing bangunan. Mereka menolak untuk menyerah setelah tiga hari melakukan pencarian ratusan korban yang masih dilaporkan hilang dalam bencana mematikan itu.
"Kami tidak ingin membuat harapan palsu untuk mencari kemungkinan adanya kehidupan. Kami akan melakukan segala kemungkinan," kata Direktur Satuan Bencana dan Manajemen Risiko Nasional Kolombia, Carlos Ivan Marquez.
Kota Mocoa dengan sekitar 40 ribu penduduk, kini dipenuhi bebatuan, ranting pohon, sampah, dan lumpur coklat setelah hujan lebat mengguyur wilayah itu sejak Jumat (31/3) malam. Hujan menyebabkan tiga dari enam sungai yang mengelilingi Mocoa meluap dan menimbulkan longsor.
Mario Fernando Melo, seorang petani Mocoa, ikut mencari keluarganya yang hilang. Dengan menggunakan masker, Melo mengatakan bahwa ia tengah berjuang di tengah begitu banyak orang yang merasa putus asa untuk menemukan orang yang mereka cintai.
"Tapi setidaknya, kami tidak akan lagi ditinggalkan dengan ketidakpastian," ujar Melo.
Pemerintah Kolombia telah mengidentifikasi 170 korban tewas dan mempublikasikan dalam sebuah daftar. Lebih dari 40 anak-anak dan bayi turut menjadi korban.
Direktur Layanan Forensik Negara, Carlos Valdes, mengatakan mereka telah bekerja keras untuk mengidentifikasi korban dan menentukan penyebab kematian. Dalam banyak kasus, korban tewas karena trauma terkena puing-puing bangunan.
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos dan pejabat lainnya berjanji akan segera memberikan bantuan darurat. Ia mengatakan, Mocoa akan dibangun kembali, dengan sistem perairan yang baru untuk menggantikan yang rusak akibat banjir.
Ia menuturkan, ia juga telah berbicara melalui telepon dengan Presiden AS Donald Trump, yang menjanjikan bantuan seperti yang akan diberikan negara lain, termasuk China dan Venezuela. Santos telah menyatakan status darurat ekonomi, sosial dan ekologi, untuk mempercepat upaya rekonstruksi.