REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama tim sar gabungan menggelar rekonstruksi bencana longsor di Dusun Tangkil, Desa Bananran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Berdasarkan hasil rekonstruksi sementara, setidaknya panjang landasan longsoran dari mahkota hingga bawah sekitar 1,11 kilo meter.
"Rekonstuksi longsor dilakukan sejak 1 April. Kita terjun dan tim bawa drone (pesawat tanpa awak) dalam kajian cepat, pada H+2 dapat dokumentasinya," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (4/4).
Ia menjelaskan, pada 11 Maret, masyarakat setempat melihat retakan di tebing selebar 30 sentimeter (cm). Pada 17 Maret, retakan itu mengalami penambahan dan penurunan menjadi sembilan meter. Pada 26 Maret, retakan tebing kembali melebar menjadi 15 meter. Kemudian, satu hari sebelum kejadian, tepatnya pada 31 Maret, retakan menjadi 20 meter.
Sutopo menjelaskan, pada 31 Maret terjadi hujan dengan intensitas lebat yang membuat masyarakat mengungsi pada malam hari. Kemudian, pada pagi hari mereka kembali ke rumah masing-masing. Pukul 06.00 WIB, masyarakat setempat tengah memanen jahe dan bawang. Longsor terjadi pukul 07.40 WIB yang menimpa 32 rumah.
Berdasarkan hasil pemantauan melalui pesawat tanpa awak, Sutopo memerinci, luas longsoran yakni 12,2 hektar (ha). Sementara panjang landaan longsor, yakni 1,11 km yang menghantam 32 rumah (128 jiwa).
Material longsor dari ketinggian 200 meter menghantam 10 rumah warga yang berada tepat di bawah tebing. Material longsoran menghantam dengan kecematan tinggi dan banyak. Kemudian, material longsor melompati bukit kecil, berbelok ke kiri mengikuti lereng dan menghantam 19 rumah warga. Aliran longsoran terus mengikuti gaya gravitasi hingga sejauh 1,11 km dan menerjang tiga rumah warga lainnya.
Sutopo menjelaskan, struktur geologi di sekitar tempat kejadian berupa patahan. Selain itu, perbedaan morfologi menyebabkan aliran longsor berbelok, sehingga cukup jauh dampak dari longsor. Selain itu, tingkat kemiringan tebing cukup curam, yakni 35 persen.
Tim sar gabungan menemukan struktur batuan berupa lapukan dari gunung berapi yang memiliki sifat lepas-lepas. Ada zona lemah sepanjang 1,5 kilometer dari titik nol longsor hingga ke sisi selatan.
Selain itu, ia melanjutkan, banyak terdapat tanaman semusim di bagian atas zona longsor, sehingga memicu tingginya akumulasi air dan menyebabkan tingkat kejenuhan tanah menjadi tinggi. Tanaman semusim tidak memiliki akar panjang, sehingga akar tidak mampu menahan akumulasi air dan tanah.
Tipe longsor adalah translasi, artinya pergerakan massa tanah dan bebatuan yang terdapat di bidang gelincir berbentuk rata.