REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pencarian korban tertimbun longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur terkendala permukaan morfologi yang berubah.
"Mengapa proses evakuasi pencarian korban sulit, karena morfologi permukaan berubah total," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB Jakarta, Selasa (4/4).
Ia menjelaskan, luas landaan longsoran yakni 12, 2 hektar (ha) dengan ketebalan 50 meter (m). Tim SAR gabungan membagi pencarian menjadi tiga sektor untuk memudahkan pencarian.
Ia menjelaskan, tim SAR gabungan menancapkan bendera di lokasi yang diduga rumah warga sebagai salah satu upaya mencari korban. Namun, hal itu tetap sulit dilakukan. Sebab, saat kejadian, warga tengah berada di luar rumah, dan bisa saja terbawa materia longsor. "Fokus pencarian di titik bendera itu. Tapi tetap kesulitan, kemungkinan korban terseret longsoran," jelasnya.
Sutopo menjelaskan, Pemkab Ponorogo menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari yaitu 2-15 April 2017. Pemda setempat menempatkan bencana longsor Ponorogo sobagai bencana kabupaten.
Sutopo menuturkan, tim SAR gabungan telah menemukan tiga korban tewas dan mencari 25 warga yang hilang. Saat ini, terdapat 178 pengungsi tersebar di delapan pengungsian. Kebutuhan dasar pengungsi mencukupi, sebab bantuan terus berdatangan bagi korban longsor Ponorogo.
Pelayanan kesehatan dibantu oleh 31 puskesmas dengan cara bergiliran. Pos pelayanan kesehatan di tiga lokasi yaitu di Dusun Tangkil, posko utama dan rumah lurah. Persediaan obat sampai saat ini masih cukup.
Sekitar 1.640 personel tim sar gabungan melakukan pencarian dan penyelamatan korban yang terdiri dari 200 personel TNI, 200 personel Polri, 45 personel Basarnas 45, 100 personel BPBD, 100 personel Tagana dan 600 tim pemda dan kesehatan, 350 relawan dan 45 personel perhutani.