Rabu 05 Apr 2017 08:19 WIB

Penasihat Barack Obama Bantah Ingin Jatuhkan Trump

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS, Donald Trump dalam foto yang menyebutkannya tengah menghubungi Presiden Rusia, Vladimir Putin, Sabtu (28/1).
Foto: reuters
Presiden AS, Donald Trump dalam foto yang menyebutkannya tengah menghubungi Presiden Rusia, Vladimir Putin, Sabtu (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat utama mantan presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, Susan Rice membantah laporan yang mengatakan dirinya pernah menargetkan tim kampanye Presiden Donald Trump pada 2016. Ia menegaskan tidak pernah melakukan penyelidikan yang bertujuan menjatuhkan nama miliarder tersebut.

Rice juga menekankan dirinya dan Obama tidak pernah sekali pun menggunakan anggota intelijen AS untuk kepentingan politik mereka. Dari laporan yang beredar, ia disebut telah berupaya membongkar hubungan tim kampanye Trump dengan negara-negara asing.

Dalam hal itu diantaranya adalah dengan Rusia yang disebut mempengaruhi hasil pemilu AS pada 8 November 2016. Sebelumnya, mantan penasihat keamanan AS yang ditunjuk oleh Trump, Michael Flynn mengundurkan diri pada Februari lalu setelah munculnya serangkaian bukti yang menunjukkan dirinya melakukan percakapan dengan Duta Besar Rusia Sergei Kislyak.

Rice juga menolak laporan dirinya adalah orang yang membocorkan informasi tentang hubungan tim kampanye Trump dan negara asing kepada banyak media di AS. Ia mengatakan tidak pernah memerintahkan badan inteljen untuk secara khusus menyelidiki hal-hal mengenai Trump.

"Saya tidak pernah membocorkan apa pun yang disebut sebagai upaya menargetkan Trump dan tidak akan pernah," ujar Rice, dilansir BBC, Rabu (5/4).

Namun, Rice tidak mengatakan apakah dirinya pernah memeriksa laporan intelijen AS yang terkait dengan Trump serta tim kampanye dan orang-orang di dekatnya. Dalam beberapa waktu terakhir, spekulasi mengenai hubungan pemimpin baru negara adidaya itu dengan Rusia semakin bermunculan dari dokumen-dokumen yang dibocorkan.

Selain Flynn, orang terkait Trump yang saat ini mendapat pertanyaan terkait percakapan dengan pejabat Rusia adalah Jaksa Agung AS Jeff Sessions. Ia diduga pernah melakukan pembicaraan dengan Kislyak sepanjang 2016 dan dinilai kemungkinan membantu campur tangan negara itu dalam pemilu AS.

Sessions menjadi salah satu anggota tim kampanye Trump. Ketika itu juga, ia menjabat sebagai anggota Senat AS untuk Komite Angkatan Bersenjata.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement