REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengutuk serangan senjata kimia di Suriah yang menewaskan puluhan orang, Selasa (4/4). Ia menyalahkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan menyebut serangan di Provinsi Idlib itu adalah tindakan tercela dan tidak dapat diabaikan oleh dunia yang beradab.
Sebuah sumber Pemerintah AS mengatakan, Washington percaya bahan kimia sarin telah digunakan dalam serangan itu dan hampir pasti dilakukan oleh pasukan yang setia kepada Assad. Namun, Militer Suriah membantah bertanggung jawab terhadap serangan dan mengatakan mereka tidak lagi menggunakan senjata kimia.
"Ini jelas merupakan kejahatan perang. Mereka pendukung rezim Assad dari luar jelas memiliki jawaban atas serangan ini," ujar seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, mengacu kepada Rusia dan Iran yang telah memberikan dukungan militer untuk Assad.
Selain menyalahkan Assad, Trump juga berusaha menyalahkan pendahulunya, Barack Obama. Pada awal perang Suriah, Obama menegaskan Assad harus meninggalkan kekuasaannya di negara itu. Tahun-tahun berikutnya, pemerintahan Obama mengalihkan fokus untuk memerangi militan ISIS, yang menguasai wilayah di Irak dan Suriah pada 2014.
"Tindakan keji oleh rezim Bashar al-Assad adalah konsekuensi dari kelemahan dan keraguan dari pemerintahan Amerika yang lama. Presiden Obama pada 2012 mengatakan ia akan membentuk 'garis merah' terhadap penggunaan senjata kimia, tapi kemudian tidak melakukan apa pun," kata Trump dalam sebuah pernyataan.
Serangan senjata kimia pada Selasa, yang menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak, terjadi sepekan setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley memberikan komentar terkait Suriah.
Mereka mengatakan, fokus AS di Suriah adalah untuk menghentikan militan ISIS daripada mendorong Assad untuk meninggalkan kekuasaan. Pejabat senior AS lainnya mengatakan Arab Saudi dan Turki telah menunjukkan bahwa melawan ISIS telah menjadi prioritas yang lebih tinggi daripada mengusir Assad. Penggulingan Assad hanya akan menambah kekacauan di wilayah tersebut.