REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Inggris mengumumkan 10 proyek penelitian kolaboratif baru dalam berbagai topik yang relevan dengan pembangunan sosial-ekonomi Indonesia. Hal ini juga menandai peringatan satu tahun kemitraan Newton UK-Indonesia Science & Technology Fund.
Hingga akhir tahun 2016, empat mitra pelaksana dari Inggris yakni Bristish Council, Royal Academy of Engineering, British Academy, InnovateUK telah bekerja sama dengan tiga lembaga pemberi dana asal Indonesia yang terdiri dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, LIPI, serta DIPI.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, mengatakan para peneliti dan inovator merupakan aktor kunci dalam menggali potensi kekayaan negara. Indonesia bergerak maju untuk membangun masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi akan memainkan peran kunci dalam mencapai ambisi itu.
“Hasil penelitian tidak dapat dikategorikan sebagai inovasi hingga hal tersebut digunakan oleh masyarakat luas. Untuk mencapai itu, kolaborasi riset dengan dunia internasional seperti dengan Inggris ini sangat dibutuhkan sehingga kita tidak perlu memulai riset dari awal,” ujar Menristekdikti, Rabu (5/4),
Nasir mengatakan, total anggaran yang diperoleh dari kemitraan ini mencapai 14,5 poundsterling atau setara Rp 240 miliar. Pada tahap awal, ada sepuluh perguruan tinggi di Indonesia dan Inggris yang dilibatkan. Fokus risetnya masih mencakup delapan bidang prioritas, yakni ketahanan pangan, kesehatan, teknologi informasi, transportasi, nanoteknologi (advance material), energi terbarukan, serta maritim.
Pada 2017 ini, mitra pelaksana Inggris dan penyandang dana Indonesia, tengah membuka panggilan riset sektor bencana hidro-meteorologi dengan fokus khusus di daerah perkotaan, serta penelitian terkait wilayah Garis Wallace.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Met Office Inggris telah melakukan pembicaraan awal untuk penelitian bersama mengenai layanan cuaca dan iklim. British Council dan pemerintah Indonesia juga sedang melakukan finalisasi kerja sama beasiswa doktoral yang akan diluncurkan tahun ini.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Moazzam Malik mengatakan saat ini Inggris sedang memprioritaskan pengembangan dalam sains, teknologi, dan inovasi. Pemerintah Inggris menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan inovasi akan menghasilkan solusi untuk berbagai tantangan global saat ini.
Menurut Moazzam, sumber daya manusia yang didedikasikan untuk kepentingan ilmiah ini merupakan investasi masa depan pemerintah. "Inggris dan Indonesia telah sepakat untuk mengalokasikan dana komitmen bersama sebesar 8 juta pounsterling untuk mendanai proyek terbaik penelitian kolaboratif Inggris-Indonesia," ujar Moazzam.