REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ekonomi Universitas Indonesia Rizal E Salim menilai, kurang tepat jika Donald Trump memberikan anggapan bawah Indonesia sebagai 'negara curang' dalam perdagangan. Sebab, Trump tidak menjelaskan curang seperti apa yang dilakukan Indonesia.
Menurut dia, defisit neraca perdagangan suatu negara ditentukan oleh banyak hal, seperti daya saing produknya di banding produksi negara-negara lain, perjanjian bilateral, comparative advantage, dan lainnya. ''Nah, Trump kan tidak menjelaskan kecurangan seperti apa yang dimaksud,'' kata Rizal, saat dihubungi, Rabu (5/4).
Ia menjelaskan, kecurangan dalam perdagangan internasional sudah ada aturannya di World Trade Organization (WTO). Jika terjadi kecurangan, ada mekanisme dan prosedur pengenaan sanksi.
Di sisi lain, kata dia, Indonesia juga perlu mengevaluasi seluruh skema dan kerja sama perdagangan dengan Amerika Serikat, untuk memastikan tudingan Trump benar atau tidak benar. Rizal mengungkapkan, tudingan Trump terhadap Indonesia dan beberapa negara lainnya sebagai kelompok negara penyebab defisit neraca perdagangan AStidaklah tepat disampaikan ke publik sebelum ada hasil kajiannya. ''Tapi semua juga tahu Trump seringkali mengeluarkan pernyataan yang kontroversi,'' ucap dia.
Bagi Indonesia, Rizal menuturkan, tidak ada yang peru dikhawatirkan dengan catatan tetap melakukan evaluasi internal. Namun, pemerintah bisa juga secara resmi meminta penjelasan Trump atas pernyataannya. Di jalur tidak resmi, beberapa elit nasional tentunya dapat melakukan komunikasi dengan Trump untuk meminta klarifikasinya.