REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangunan Al-Qullais begitu indah. Bayangkan, pintunya terbuat dari emas, lantainya terbuat dari perak, fondasinya terbuat dari kayu cendana. Siapa pun yang melihatnya akan takjub dengan kemegahannya.
Namun, apa yang terjadi?
Bangsa Arab tak sedikit pun tertarik dengannya. Semegah apa pun bangunan itu, tak ada yang mampu menandingi Ka’bah.
Keinginan Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah pun makin menjadi-jadi ketika mendapati bangunannya dihina. Seorang pria telah membuang hajat di dalam Al Qullais dengan sengaja. Geramlah Abrahah ketika mengetahuinya.
Memuncaklah emosi Abrahah. Ia segera melakasanakan rencananya. Dikumpulkanlah sejumlah prajuritnya yang tangkas. Tak hanya pasukan, ia mengimpor sepasukan gajah dari Etiopia.
“Bawa pasukan gajah di barisan terdepan, besok kita berangkat ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah!” seru Abrahah.
Keesokan hari, ribuan gajah dan bala pasukan pun berangkat dari Yaman menuju Makkah, tanah suci umat Islam. Abrahah memimpin sendiri pasukan tersebut. Ia menungganggi gajah yang terbesar di antara pasukan gajah tersebut.
Tak lama, tibalah rombongan Abrahah di dekat Kota Makkah, tepatnya di kawasan Mughammas. Mereka berhenti sejenak, sementara Abrahah mengutus seorang utusan untuk menemui penguasa Makkah. Saat itu, pemuka ternama Kota Makkah adalah kakek Rasulullah, Abdul Muthalib.