REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat kembali ke Makkah, Abdul Muthalib pun memperingatkan warga kota agar berlindung menyelamatkan diri. “Wahai kaumku, tinggalkanlah Makkah, berlindunglah ke bukit. Sungguh aku melihat pasukan Abrahah yang besar dan mustahil kita lawan,” seru Abdul Muthalib.
Bergegaslah warga Makkah meninggalkan kota. Sementara, Ka’bah tetap berdiri tak satu pun warga yang melindungi. “Ya Allah, kami menyelamatkan diri kami maka lindungilah rumah-Mu ini,” doa Abdul Muthalib di depan Ka’bah sebelum meninggalkan kota.
Sementara itu, pasukan Abrahah pun bergegas menuju Makkah. Hentakan kaki gajah telah membuat bulu kuduk warga Makkah merinding. Mereka berpikir, inilah hari akhir bagi Kota Makkah. Abrahah pun memerintahkan untuk menyerang. Namun, tiba-tiba gajah-gajah enggan melangkahkan kaki.
Mereka hanya terdiam dan enggan untuk menyerang. Meski telah dicambuk sang majikan, gajah-gajah itu berbalik arah dan enggan menuju Ka’bah. Gajah-gajah itu justru hanya berputar-putar saja di lembah Muhassir, dekat Ka’bah. Abrahah geram dan terus memerintahkan pasukannya untuk mencambuk gajah-gajah itu agar menurut. Namun, pasukannya kehabisan akal dan kelelahan menangani gajah yang menurut mereka telah terlatih tersebut.
Hingga kemudian, tiba-tiba datang rombongan burung dari angkasa. Jumlahnya amat banyak. Yang mengerikan, setiap ekor burung membawa batu-batu panas. Menargetkan pasukan Abrahah, burung-burung itu pun melemparkan batu membara tersebut. Setiap yang terkena batu itu, ia langsung binasa.
Melihatnya, panik dan bubarlah pasukan. Mereka berlarian mencari tempat berlindung. Namun, tak ada yang selamat, mereka binasa, bahkan sebelum menyentuhkan sedikit pun jemari ke Baitullah. Pasukan Abrahah binasa dan selamatlah Ka’bah. Allah selalu melindungi Ka’bah hingga akhir zaman.
Kisah Abrahah dan pasukan gajah ini sangat populer di kalangan Muslimin. Mengingat kisahnya dikabarkan Allah dalam firman-Nya di surah al-Fil.