REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di negara ASEAN, Thailand merupakan negara yang paling banyak menerima kiriman pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). "Ada 30 pengajar yang dikirim ke-17 lembaga BIPA di Thailand dengan jumlah pembelajar mencapai 2.752 orang,’’ kata Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Bahasa Kemendikbud, Emi Emilia, dalam Seminar Kebahasaan Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM) di Jakarta, Rabu (5/4).
Pengiriman pengajar BIPA ke berbagai negara merupakan bagian dari upaya menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internaional. Pada 2016, dikirim pengajar BIPA ke-47 lembaga BIPA di berbagai negara. Saat ini sudah ada 250 lembaga BIPA di berbagai negara di lima benua. ‘’Permintaan pengiriman pengajar terus berdatangan,’’ kata Kepala Badan Bahasa, Dadang Sunendar.
Di Myanmar, selama 2016, ada 1.125 pembelajar dengan jumlah pengajar hanya empat orang. Di Timor Leste ada 334 pembelajar, di Kamboja ada 291 pembelajar, di Vietnam ada 249 pembelajar, di Laos ada 136 pembelajar, di Filipina 68 pembelaajar, dan Singapura 49 pembelajar.
Kendala di lapangan, menurut Emi, cukup beragam. Pengajar banyak yang bingung dengan bahasa pengantar. Memakai Bahasa Indonesia, banyak kosa kata yang sama dengan kosa kata Melayu, tetapi berbeda makna. Memakai Bahasa Inggris, banyak yang tak menguasai Bahasa Inggris, seperti yang terjadi di Thailand.
Jumlah jam belajar pun ada yang terbatas, sehingga membutuhkan aktu yang lama. Di Singapura, jam belajar ditetapkan sepulang kerja, dan di Laos jam belajar hanya tiga jam per pekan.