REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hama Sexava merupakan salah satu hama yang paling merusak tanaman kelapa di Kawasan Timur Indonesia, terutama di Kepulauan Sangihe dan Talaud, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Populasi dan serangan hama Sexava dapat terjadi sepanjang tahun, sehingga dapat merugikan petani.
"Banyak upaya telah dilakukan untuk mengendalikan populasi hama Sexava di lapangan, tetapi populasi hama masih tetap tinggi, karena masih dilakukan secara perorangan dengan menggunakan insektisida. Untuk itu perlu pengendalian yang dapat mencakup areal luas dan melibatkan banyak petani," ujar Kepala balai Penelitian Tanaman Palma, Dr. Ir. Ismail Maskromo, MSi dalam keterangan tertulis.
Ismail mengatakan, Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan salah satu pendekatan dalam pengendalian hama Sexava berwawasan lingkungan. PHT dilakukan melalui integrasi semua teknik pengendalian yang kompatibel untuk mempertahankan populasi hama di bawah tingkat kerusakan ekonomi.
"Pengendalian hama Sexava yang dapat diterapkan adalah pengendalian secara mekanis, hayati, budidaya dan jika terjadi outbreak maka dapat dilakukan pengendalian secara kimia," ujar Ismail.
Pengendalian hama Sexava secara mekanis dilakukan dengan memanfaatkan perangkap hama dan lem serangga sehingga dapat menekan perkembangan hama dan dapat meningkatkan peran musuh alami sehingga sangat menunjang pengendalian ramah lingkungan.
Pemasangan perangkap hama Sexava selama satu bulan di lapangan dapat menangkap 0,9-6,6 nimfa/pohon/hari atau rata-rata 3,04 nimfa dan 0,04 imago/pohon/hari. Dengan demikian, dalam satu bulan terperangkap rata-rata 92,4 ekor hama Sexava/pohon.
Pada bulan berikutnya, jumlah Sexava yang terperangkap jauh lebih rendah walaupun terjadi fluktuasi populasi di lapangan, tetapi pada akhir bulan kedua, jumlah hama yang terperangkap <1 nimfa/pohon/hari.
Pemanfaatan lem serangga yang dipasang pada batang kelapa memberikan harapan baru dalam pengendalian hama Sexava.
Jumlah nimfa yang terperangkap dengan menggunakan lem lalat rata-rata 1,5 individu/pohon/hari. Jika daya rekat lem dapat bertahan selama 3 bulan maka jumlah nimfa yang tertangkap sekitar 131 individu/pohon. Hal ini tentu dapat menekan populasi hama di lapangan apabila dilakukan secara berkesinambungan.