REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Pastor Manuel Musallam, salah seorang pemimpin spiritual umat kristiani yang cukup terkenal di Palestina, meminta kepada Gerakan Perlawanan Bersenjata Hamas segera menangkap dan menghukum semua oknum yang terlibat dalam pembunuhan Mazen Fuqaha’, salah satu kader terbaik Hamas pada Maret lalu.
Menurut Pastor Manuel yang selama ini prihatin dengan derita rakyat Palestina, bahwa pada dasarnya Mazen Fuqaha’ adalah pemuda tangguh, inspiratif dan berkarakter. Dia mengatakan, bahwa pada dasarnya Fuqaha’ telah syahid (meninggal) sebanyak dua kali.
"Pertama, saat ia berada dalam penjara, dan mendapat siksaan secara biadab dengan tujuan untuk melemahkannya. Kedua, saat ia dibunuh secara keji oleh Zionis Israel," ujarnya, Rabu (5/4).
Karena itu, dia berharap, agar sejumlah mata-mata–yang berada dibalik pembunuhan Mazen-segera ditangkap. Dengan nada emosional Pastor Manuel berucap, “Buanglah mereka ke laut, karena orang yang berkhianat tidak pantas mendapat tempat di negerinya sendiri.”
Secara khusus kepada Hamas, ia menaruh harapan besar. “Wahai saudara-saudaraku, jangan ragu, jangan kasihani para pelaku yang berada dibalik kematian Fuqaha’. Kalian adalah harapan rakyat dan bala tentaranya. Kalian adalah pahlawan yang rela berkorban demi melindungi kesucian tanah air rakyatmu,” ucap Pastor Manuel.
Pastor Manuel berharap, agar rakyat Palestina di Tepi Barat juga ikut mendukung sepenuhnya perjuangan melawan kezaliman Israel. Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama melakukan perlawanan dan jangan sampai hanya tinggal diam, sebab itu sama saja memberi kesempatan bagi Zionis Israel untuk semakin semena-mena terhadap bangsa Palestina.
“Jika kita tidak lagi mampu untuk menunjukkan kekuatan di hadapan Israel, maka sebaliknya, kita akan menjadi takut kepada mereka,” ujur Pastor Manuel.
Dirinya pun mengkritik sejumlah pejabat Palestina di Tepi Barat yang menyebut bahwa perjuangan bersenjata Hamas adalah langkah yang bersifat ilegal. Dia menyesalkan, bahwa selama 33 tahun lamanya, Presiden Mahmod Abbas sama sekali tidak pernah mengakui bentuk perlawan bersenjata yang dilakukan oleh rakyat Palestina di Tepi Barat.
Dia mengutip, pernyataan pemimpin revolus Afrika Selatan, Nelson Mandela, bahwa terdapat sejumlah masalah yang memang harus diselesaikan dengan cara kekerasan (perlawanan).
Dengan panjang lebar, ia menjelaskan, Jalur Gaza adalah kawasan Palestina yang memiliki pemimpin yang tidak lagi percaya dengan segala bentuk perundingan, mereka memutuskan untuk melakukan perlawanan dan memimpin rakyat untuk tujuan tersebut. Adapun di Tepi Barat, tidak ada (pemimpin) yang berkarakter kuat, atau bahkan niat untuk melakukan perlawanan. Para pemimpin Palestina di Tepi Barat hanya ingin berunding, dan (malah) mencegah rakyat untuk melakukan perlawanan.