Kamis 06 Apr 2017 12:37 WIB

ADB Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3 Persen pada 2018

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertahan di angka 5,3 persen pada tahun 2018. Angka ini masih di bawah target Presiden Jokowi yang ingin ekonomi Indonesia tumbuh 5,6 persen tahun depan.

Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Winfried Wicklein mengungkapkan, perekonomian Indonesia selama 2017 hingga 2018 sangat dimotori oleh peningkatan invesyasi swasta dan kinerja perdagangan. Selain itu, belanja infrastruktur yang meningkat juga diyakini bisa mendorong pertumbuhan.

ADB juga melihat pertumbuhan ekonomi tahun 2017 ini akan tembus 5,1 persen, sejalan dengan prediksi pemerintah. Wicklein menilai, iklim investasi yang bisa dijaga dan kinerja ekspor yang membaik menjadi kunci pertumbuhan Indonesia tahun ini.

"Untuk mencapai jalur pertumbuhan yang berkelanjutan ke depannya, diperlukan upaya berkesinambungan untuk terus memperbaiki infrastruktur, memperdalam reformasi struktural, dan mengatasi kesenjangan keahlian," ujar Wicklein dalam paparannya di Kantor ADB Indonesia, Kamis (6/4).

ADB juga memperkirakan pengeluaran rumah tangga akan meningkat tahun ini, dibantu oleh pulihnya harga komoditas, perluasan program Dana Desa, dan juga peningkatan upah minimum. Wicklein menyebutkan, belanja infrastruktur publik diperkirakan akan meningkat pada 2017, selaras dengan alokasi anggaran pemerintah.

Tak hanya itu, investasi swasta juga diperkirakan naik karena bertambahnya pendapatan dari ekspor komoditas dan dampak dari reformasi struktural baru-baru ini yang bertujuan untuk menghilangkan hambatan regulasi serta membuka sektor-sektor baru bagi investor asing.

Seiring membaiknya harga komoditas internasional, seperti batu bara dan minyak bumi, prospek ekspor Indonesia diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, dengan adanya peningkatan permintaan domestik, impor juga diperkirakan akan tumbuh meskipun dengan laju yang lebih lambat, dan perbedaan ini diperkirakan akan secara bertahap dapat membantu menurunkan defisit transaksi berjalan.

"Meningkatnya pertumbuhan dan membaiknya harga komoditas internasional diperkirakan akan mendorong kenaikan inflasi rata-raya," katanya.

Meski begitu, ADB juga melihat masih ada risiko yang membayangi ekonomi Indonesia. Risiko yang ia maksud termasuk kemungkinan melambatnya pelaksanaan reformasi kebijakan, dan kurangnya pendapatan fiskal.

ADB juga mengidentifikasi risiko eksternal yang berasal dari ketidakpastian atas kebijakan perdagangan di negara-negara maju, dan pemulihan ekonomi yang lebih lemah daripada perkiraan di sejumlah mitra perdagangan utama.

Selain itu, ADB mengidentitikasi kesenjangan keahlian sebagai hambatan besar bagi indonesia dalam merealisasikan potensi pertumbuhannya. “Perlu dilakukan berbagai upaya yang berfokus pada strategi untuk memobilisasi sumber daya pemerintah dan swasta bagi pendidikan dan pelatihan, serta meningkatkan efisiensi belanja di sektor pendidikan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement