REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pew Research Center melaporkan jumlah bayi lahir di keluarga Muslim akan menyalip jumlah bayi lahir di keluarga Kristen selama dua dekade mendatang. Prediksi ini juga menyimpulkan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2075.
Menanggapi hal itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Hubungan Luar Negeri, KH Muhyiddin Junaidi mengatakan penelitian tersebut tidak mengada-ada. "Hasil riset itu bukan dibuat-dibuat tapi berdasarkan fakta di dunia barat," ujar Muhyiddin saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (6/4).
Ia mencontohkan, di Rusia saja saat ini sudah berkembang satu dari setiap lima orang rusia itu adalah Muslim. Begitu juga halnya dengan di Australia. Jumlah Muslim di negeri Kanguru tersebut pada tahun 2048 diprediksi akan berimbang dengan jumlah non Muslim.
Menurut dia, kondisi tersebut terjadi lantaran keluarga Muslim itu selalu merawat keluarganya dengan baik dan mereka memilkki tingkat produktifitas yang lebih besar daripada keluarga non muslim. "Mereka keluarga non Muslim itu cenderung memiliki keluarga kecil atau small family, sehingga itu akan sangat berkurang jumlahnya. Karena itu seperti kasus di Rusia, sepertiga tentara Rusia itu adalah kelurga Muslim. Ini Subhanalllah yang perlu diapresiasi itu contoh sederhana di Rusia," katanya.
Sementara, lanjut dia, di Benua Eropa umat Islam paling banyak adalah di Prancis yaitu kurang lebih 8 juta. Sehingga, kata dia, riset yang dimuat the Guardian tersebut sesuai dengan prediksi mendiang Presiden Libya, Muammar Qadafi.
"Ini seperti gambaran apa yang diprediksi oleh Presiden Qadafi dulu bahwa suatu saat Eropa akan menjadi benua yang penduduknya mayoritas Muslim," jelasnya.