Kamis 06 Apr 2017 19:30 WIB

Ini Tanda-Tanda Islam akan Menjadi Agama Terbesar di Dunia

Rep: Hasanul Rizka/ Red: Teguh Firmansyah
Didin Hafidhuddin
Foto: ROL
Didin Hafidhuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga yang berpusat di Amerika Serikat, Pew Research Center (PRC), memuat hasil studi mengenai agama-agama di dunia. Seperti dilansir The Guardian, Kamis (6/4), PRC memprediksi bahwa angka kelahiran Muslim pada dua dekade mendatang akan melampaui Kristen.

Selain itu, PRC juga memperkirakan, Islam akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2075. Pada tahun yang sama, jumlah orang yang tak berafiliasi agama akan berkurang lantaran menurunnya angka kelahiran di kalangan mereka.

Terpisah, menurut cendekiawan Muslim Indonesia, Prof Didin Hafidhuddin, sebelum adanya studi semacam PRC tersebut, tanda-tanda dominasi Islam sudah dapat dilacak.

Dalam situasi global, khususnya pascaserangan atas Menara Kembar WTC 2001 silam, Islam mengalami stigma-stigma buruk. Namun, lanjut Didin, agama ini justru semakin giat dipelajari kalangan non-Muslim. “Karena, sekarang pun sudah mulai tanda-tanda orang-orang non-Muslim mulai mendekati ajaran Islam. Mereka mempelajari kemudian mereka masuk (Islam). Di Amerika, gelombang orang masuk Islam juga luar biasa. Hanya, karena kurang pemberitaan saja,” kata Didin saat dihubungi, Kamis (6/4).

“Jadi, di samping faktor kelahiran jumlah penduduk, ada juga orang-orang Mualaf pun banyak sekali,” sambung wakil ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat itu.

Baca juga, Islam akan Jadi Agama Terbesar Dunia MUI: Itu Bukan Dibuat-buat.

Dia menambahkan, sekularisme juga dinilai ikut menyumbang popularitas Islam dalam beberapa tahun belakangan dan masa depan. Khususnya di negara-negara Eropa dan Amerika, lanjut Didin, kebanyakan pemeluk Kristen hanya mempraktikkan agama mereka dalam momen-momen tertentu. Misalnya, pernikahan, kematian, atau Natal. Agama belum menyentuh keseharian.

Dalam kondisi 'kekosongan' spiritual itu, orang-orang akan cenderung mencari pengalaman ruhani baru. Di sisi lain, Islam menawarkan ritual beragama yang lebih menyeluruh, meskipun kerap dituding dengan stigma-stigma lewat pemberitaan media arus besar di Barat.

“Ini tentu bertentangan dengan fitrah mereka sendiri sehingga mereka mencari dan mencari. Lalu bertemu dengan ajaran Islam yang selama ini diinformasikan secara negatif, misalnya, karena ada Islamofobia.”

“Tapi semakin gencar pemberitaan negatif, semakin orang mencari tahu. Mempelajari Alquran dan Nabi SAW, mereka mendapatkan penjelasan. Kasus Zakir Naik, kan bisa menjadi contoh. Bagaimana dalam setiap ceramah beliau, tak jarang ada yang masuk Islam,” kata mantan ketua umum Baznas ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement