Jumat 07 Apr 2017 22:18 WIB

REI Sebut Fasilitas Helipad Jadi Daya Pikat Penjualan Properti

Red: Nur Aini
Helikopter (ilustrasi).
Foto: Antara
Helikopter (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Real Estate Indonesia (REI) menyampaikan fasilitas tempat pendaratan helikopter (helipad) kini menjadi daya pikat tersendiri bagi pengembang untuk memaksimalkan fasilitas kepada peminat proyek properti sekaligus sebagai nilai tambah akses transportasi.

"Pengembang kini mulai melirik helipad sebagai daya pikat terhadap proyek properti atau hunian yang mereka bangun," kata Ketua Real Estate Indonesia (REI) Banten Roni Hardianto Adali kepada wartawan di Jakarta, Jumat (7/4).

Roni menuturkan, umumnya pengembang memang memikirkan pembangunan perumahan atau properti selalu terintegrasi dengan pembangunan infrastruktur dan kemudahan akses transportasi. Ia memberikan contoh, jika pembangunan kompleks hunian baru dengan berbagai fasilitas, tanpa sarana akses transportasi yang mendukung maka dipastikan kompleks hunian tersebut akan kesulitan untuk tumbuh maupun bersaing secara ekonomi.  "Bagaimanapun, kecenderungan konsumen saat ini akan lebih memilih hunian yang memiliki akses dan sistem transportasi yang terintegrasi. Tren ini bisa dijumpai di sejumlah kota besar, termasuk Jakarta," katanya.

Ia memberikan contoh, Bintaro Jaya Perumahan, menjadi salah satu pengembang yang memiliki konsep terintegrasi ini. Selain itu, katanya, permintaan terhadap perumahan elite Pondok Indah yang dikembangkan PT Metropolitan Kentjana sejak 1980-an tidak pernah surut. Berawal dari hanya sekitar 180 hektare kini tumbuh menjadi sekitar 460 hektare dengan sekitar 35 ribu unit hunian di dalamnya.

Akses transportasi umum ke kawasan ini pun terus berkembang terutama selepas pembangunan ruas tol Pondok Pinang-Taman Mini pada awal 1990. Terlebih jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) kini telah terhubung dengan wilayah Bekasi, Jawa Barat dan Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Pembangunan akses mass rapid transit (MRT) yang merupakan transportasi berbasis rel listrik, diprediksi akan memengaruhi kawasan Pondok Indah. Memang jalur MRT tidak melewati kawasan itu, namun terminalnya ada di Lebak Bulus (dekat Pondok Indah).

Contoh pengembang lainnya, kata dia, seperti Sinar Mas Land juga "menjual" akses transportasi sebagai bagian dari cara memikat konsumen. Hampir seluruh proyek yang dikembangkan pengembang ini selalu mendekati akses pintu tol. Oleh karena itu, jangan heran jika Sinar Mas tetap berkembang di luar Jakarta.

Pada bagian lain, Roni juga menggarisbawahi bahwa bagi pengembang, sistem transportasi juga harus mampu memberi solusi bagi hal-hal yang sangat mungkin terjadi di masa depan antara lain untuk akses moda transportasi lain yang sifatnya mendesak seperti darurat kesehatan, bencana, dan keamanan.

Selain itu, moda transportasi ini bisa juga digunakan untuk kepentingan bisnis dan layanan eksklusif. "Untuk konteks ini, jawabannya antara lain dengan solusi helipad," katanya.

Ia memberikan contoh, pusat perbelanjaan dan hunian seperti Pondok Indah telah memiliki fasilitas helipad. Fasilitas tersebut bisa digunakan sewaktu-waktu untuk berbagai kepentingan seperti mendaratnya heli ambulans untuk darurat kesehatan, pick-up helikopter untuk ke luar kota seperti Bandung, hingga antar ke Bandar Udara Soekarno-Hatta.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement