REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Komisi Nasional untuk Rakyat Palestina (KNPR) Suripto mengatakan, perlu adanya perhatian dan kepedulian yang lebih kepada pengungsi Palestina di Libanon. Ia menilai, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) kurang memberi atensi mengenai masalah-masalah yang dihadapi para pengungsi di Libanon.
“Sekarang kondisi pengungsi di Libanon, selain yang dari Palestina juga ada dari Suriah. Sehingga makin banyak pengungsi yang membutuhkan bantuan di Libanon,” ujar Suripto saat di kantor Harian Republika.
Suripto yang hadir dengan jajaran KNPR, serta Ahmed Y Husseiramin, Executive Manager Human Association for Reliefe Development dari Libanon Jumat (7/4) sore menyambangi Republika. Dengan tujuan untuk menggandeng Republika sebagai media yang turut peduli dan siap menyuarakkan derita dan cerita warga pengungsi di Libanon.
Ia bercerita, ketika beberapa waktu lalu pergi ke Libanon untuk memberikan bantuan pada pengungsi Palestina, KNPR tidak bisa menutup mata dengan kondisi pengungsi dari Suriah. “Saat bagi sembako di daerah pengungsi. Warga dari Suriah yang juga mengungsi, tiba-tiba meminta jatah juga kepada kita, ya terpaksa kita kasih, walaupun nama organisasi kita untuk Palestina,” jelas Suripto.
Selain itu, kata Suripto, kita juga perlu tahu keadaan politik Libanon yang stabilisasi politiknya belum stabil. Karena pemerintah resmi didukung partai politiknya kekuasaan politik belum kondusif.
Suripto berharap, supaya Republika ini, bisa menyuarakkan suara agar pemerintah dan rakyat indonesia tahu dan turut merasakan getirnya kondisi saudara kita di Libanon. Suprito juga ingin mengajak beberapa jurnalis Republika, untuk bisa masuk ke daerah konflik di Timur Tengah. Sehingga akan bisa mempunyai gambaran yang utuh tentang kondisi di Libanon.