REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Yayasan Penguatan Peran Pesantren indonesia ( YP3I ) menggelar temu nasional pesantren. Acara tersebut diadakan di Wisma Griya DPR RI, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu-Ahad (8-9 April 2017).
Hadir dalam pertemuan awal ini adalah 160 perwakilan pesantren se-Indonesia. “Mereka berasal dari Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Juga, dari Kalimantan, Sulawesi, dan provinsi-provinsi di wilayah Indonesia bagian Timur lainnya,” kata Ketua Bidang Kerja Sama Antar-Pesantren YP3I Syofwatillah kepada Republika.co.id, Sabtu (8/4).
Syofwatillah atau lebih dikenal sebagai Ustadz Opat menambahkan, salah satu tujuan utama pertemuan tersebut adalah, membangun sinergi ekonomi pesantren. “Dengan sinergi ini, akan memberikan manfaat bagi pesantren tidak hanya sebagai komunitas konsumen namun juga sebagai komunitas produksi dengan menyiapkan produk-produk dari kalangan pesantren dan pengusaha Muslim, dengan basis konsumen sendiri untuk kemandirian pesantren,” ujarnya.
Tujuan kedua, kata Syofwatillah, membangun kesadaran untuk saling melakukan pembelaan atarsesama anak bangsa khususnya pesantren dan pengusaha Muslim untuk memenuhi kebutuhan dengan produk sendiri. “Dengan begitu , ekonomi pesantren akan bertumbuh,” tuturnya.
Dalam paparan pedoman implementasi sinergi otonomi pesantren, Wakil Sekretaris Umum YP3I Nur Shodiq mengemukakan, membangun ekonomi itu sederhana prinsipnya. "Jualan ke mana saja, namun beli dari orang sendiri. Jangan dibalik, jualan tidak ke mana-mana tapi belanja kepada siapa saja,” ujar Nu Shodiq.
Ia menambahkan, setelah temu nasional pesantren ini, akan dibentuk koordinator setiap wilayah. “Hal itu untuk mempermudah menjangkau pesantren di seluruh Indonesia,” kata Nur Shodiq.
Pembina Pondok Pesantren Syafiiyyah Pemalang, Jawa Tengah, Ustadz Muhammad Asrori, yang juga hadir dalam temu nasional pesantren tersebut, sangat mendukung kegiatan tersebut. Menurutnya, temu nasional pesantren tersebut sangat strategis.
“Pertumbuhan pondok pesantren cukup pesat, mencapai 30.000 pada tahun 2016. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, ini merupakan potensi besar yang dapat ditumbuh-kembangkan melalui sinergisitas di antara pondok pesantren tersebut dalam usaha meningkatkan peran serta dan kontribusinya yang nyata terhadap pembangunan bangsa Indonesia pada masa yang akan datang,” tutur Muhammad Asrori.