REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Perdana Menteri Swedia Stefan Löfven marah dengan tindakan sebuah sekolah Muslim di Swedia yang memisahkan bus sekolah bagi siswa perempuan dan laki-laki. Peristiwa ini diketahui setelah salah seorang penyiar televisi swasta merekam siswa sekolah dasar di Stockholm yang dikelola Al-Azhar dimana anak laki-laki terlihat memasuki kendaraan dari depan dan gadis-gadis dari belakang.
“Saya rasa ini adalah tindakan tercela. Ini tidak menggambarkan identitas Swedia,” ujar Perdana Menteri Stefan Löfven seperti dilansir dari laman Independent.
Menurut Stefan Löfven, di Swedia semua siswa menggunakan bus sekolah secara bersama. Tidak peduli apakah ia seorang gadis atau anak laki-laki, wanita atau pria.
Wakil kepala sekolah, Roger Lindquist mengatakan peristiwa ini adalah sebuah kesalahan. Ia menjelaskan kebijakan tersebut bukanlah kebijakan dari manajemen sekolah. "Setelah melihat videonya, tentu saja saya dan kepala sekolah tidak mendukung," katanya.
Sebelumnya, pihak sekolah juga pernah dikritik pada 2016 setelah guru sepakat untuk memisahkan siswa laki-laki dan perempuan dalam pelajaran olahraga. Pemisahan ini memicu kemarahan. Menteri pendidikan negara itu langsung mengambil tindakan dengan melarang adanya pemisahan bagi anak laki-laki dan perempuan di dalam sebuah kelas.
Meskipun tidak ada statistik resmi Muslim di Swedia, namun diperkirakan jumlah Muslim di Swedia sebanyak 250 ribu orang pada tahun 2000. Pew Research Center memperkirakan jumlah Muslim di Swedia sebanyak 451 ribu atau 4,9 persen dari total penduduk pada tahun 2010. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 993 ribu atau 9,9 persen dari total penduduk pada tahun 2030.