REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Serangan di sejumlah gereja Koptik di Mesir, bukan untuk pertama kali terjadi. Sejak jatuhnya rezim mantan presiden Hosni Mubarak di negara itu pada 2011 lalu, komunitas warga yang menganut agama ini disebut terancam oleh berbagai penganiayaan dan diskriminasi.
Kelompok hak asasi, Amnesty Internasional melaporkan, sejumlah gereja dan rumah-rumah warga Kristen Koptik pernah dibakar. Mereka yang merupakan penduduk minoritas di Mesir, juga mengalami serangan secara fisik. Tak ketinggalan, harta benda yang dimiliki, juga dijarah.
Penduduk yang menganut Kristen Koptik di Mesir hanya mencapai 10 persen dari seluruh populasi di negara Afrika itu. Tercatat secara keseluruhan ada 91 juta warga yang tinggal di sana.
Pada Desember 2016, serangan di sebuah gereja Koptik di Ibu Kota Kairo terjadi. Dalam peristiwa itu, 25 orang tewas.
Serangan terbaru yang terjadi kali ini adalah pengemboman di dua gereja Koptik di Tanta dan Alexandria. Gereja pertama yang diserang adalah St George di utara Tanta dan membuat sebanyak 27 orang tewas.
Selang bebera jam setelah serangan di Gereja St George, bom juga meledak di Gereja St Mark, Alexandria. Sebanyak 17 orang tewas, termasuk beberapa petugas polisi.
Peristiwa berlangsung saat banyak jamaah gereja yang tengah merayakan Minggu Palma. Hari raya itu bagi mereja adalah perayaan satu pekan sebelum paskah.
Seorang saksi yang berada di dekat lokasi kejadian di Tanta mengatakan, bahwa ledakan terdengar saat jemaah gereja menyanyikan lagu dalam salah satu perayaan hari suci mereka. Seketika semua orang di dalam rumah ibadah itu keluar dan berteriak ketakutan.
Banyak yang terluka di gereja Tanta adalah anggota paduan suara. Selain itu pendeta yang bertugas memimpin ibadah di hari itu juga mengalami luka-luka yang cukup parah.
"Semua barang-barang dalam gereja juga hancur dan banyak darah yang berceceran di lantai maupun tembok," ujar salah satu saksi bernama Peter Kamel, dilansir CNN, Senin (10/4).
Sementara itu, di Alexandria pengemboman terjadi dari luar gereja. Seorang pria saat itu dilaporkan telah mengenakan sabuk peledak dan hendak masuk dalam rumah ibadah itu. Namun, dua petugas polisi mencoba mengentikan pelaku, hingga kemudian terkena ledakan bom.