REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Salah seorang tersangka di balik serangan di sebuah pertokoan di Ibu Kota Stockholm, Swedia disebut pernah menghadapi deportasi dari negara itu. Kepolisian negara itu mengatakan tersangka merupakan seorang pria asal Uzbekistan.
Ia diduga melakukan serangan dengan menabrakkan truk ke departmen store Ahlens, yang tepatnya berada di wilayah Drottninggatan. Tersangka disebut pernah mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara, namun ditolak oleh Pemerintah Swedia pada Juni 2016 lalu.
"Tersangka pernah mengajukan permohonan untuk menetap di Swedia pada 2014 dan ditolak. Ia kemudian pada Desember 2016 diminta untuk segera meninggalkan negara ini atau dideportasi dalamw aktu kurang dari empat pekan sejak peringatan," ujar kepala Kepolisian Swedia, Jonas Hysing, dilansir BBC, Senin (10/4).
Selain pria berusia 39 tahun itu, ada satu orang tersangka lainnya yang tengah berada dalam penahanan polisi. Saat ini, penyelidikan terkait kejahatan teroris terus dilakukan oleh pihak berwenang.
Meski demikian, tersangka kedua disebut memiliki peran lebih sedikit dalam serangan tersebut. Polisi meyakini tersangka pertama merupakan pelaku sebenarnya dalam kejadian yang membuat empat orang tewas dan setidaknya 15 orang terluka.
Tersangka pertama juga disebut oleh polisi pernah menyatakan simpati untuk sebuah kelompok radikal. Namun, belum dipastikan apakah serangan kali ini berhubungan secara langsung dengan sebuah organisasi ektrim.
"Ia hanya terlihat sebagai karakter marginal dan tidak tergabung dalam sebuah kelompok teroris," jelas Hysing.
Korban tewas dalam serangan itu belum dikonfirmasi secara resmi oleh kepolisian. Namun, disebutkan bahwa ada dua warga Swedia, salah satunya adalah anak perempuan berusia 11 tahun. Kemudian pria asal Inggris bernama Chris Bevington (41) dan warga Belgia yang diyakini adalah perempuan berusia 31 tahun.