REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf, mengatakan, video kampanye pasangan Ajok-Djarot yang bertemakan keberagaman dinilai tendensius dan tidak pantas dipakai untuk kampanye.
“Kalau diniatkan untuk kampanye itu tendensius. Seolah-olah pihak lawan (Anies-Sandi) itu adalah orang yang anti-Cina dan penuh dengan kekerasan,” ujar Warlan saat dihubungi Republika.co.id, Senin (10/4).
Video kampanye Ahok-Djarot yang bertemakan keberagaman tersebut berdurasi 5:33 menit. Di adegan awal video hingga detik ke-40 memperlihatkan adegan ibu dan anak yang merasa terancam, dengan massa aksi demo.
Lalu, pada menit 2:55, adegan tersebut kembali diulang. Kemudian menunjukkan adegan orang-orang sedang aksi (demo) dengan berpakaian koko putih, memakai serban, dan peci, sambil membawa spanduk ‘Ganyang Cina’.
Warlan mengatakan, walaupun dalam konten video tersebut yang ditunjukkan adalah massa dari ormas Islam tertentu, sebetulnya konten tersebut menyindir lawan kampanye. Sehingga perlu dipahami secara proporsional, kata dia, jangan sampai membuat video atau konten yang membuat viral lagi dan menyebabkan keributan di masyarakat.
"Arti kampanye itu kan meyakinkan publik. Jadi video ini memang ditunjukkan untuk lawannya. Untuk membentuk opini masyarakat tentang lawannya (Anies-Sandi), seolah-olah pasangan nomor tiga itu penuh dengan kekerasan, dan banyak didukung oleh orang yang keras,” kata Warlan.
Baca Juga: Video Kampanye Ahok-Djarot Dinilai Lecehkan Presiden Jokowi.
Dia menegaskan, jika video ini diklaim berdasarkan fakta atau realitas di lapangan maka harus dipahami bahwa suasana sekarang sedang dalam suasana pilkada. “Sebaiknya hindari cara kampanye tendensius seperti itu, yang sehat-sehat saja, yang wajar. Misalnya, argumentasi program,” katanya.