REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungkharisma turut mengkritik peredaran video kampanye tim sukses pasangan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Timses Ahok-Djarot menyebarkan video kampanye berdurasi 5.33 menit yang menggambarkan keberagaman di Indonesia. Namun pada menit 2:55, ada adegan anarkis yang dilakukan orang-orang mengenakan koko putih, peci serta membawa spanduk 'ganyang Cina'.
Menurut Lieus, video kampanye Ahok-Djarot ini sangat berpotensi memecah belah persatuan NKRI. Pria yang juga menjabat sebagai Komunitas Tionghoa Antikorupsi ini menduga tim Ahok-Djarot sengaja membuat video tersebut berisi pesan provokatif untuk membuat situasi Jakarta menjadi gaduh.
"Video ini untuk memancing reaksi orang-orang Islam supaya anarkis. Mereka (Tim Ahok-Djarot) ingin Jakarta chaos, rusuh dan tidak kondusif sehingga putaran kedua Pilkada DKI ditunda. Kalau ditunda akan menguntungkan pasangan mereka," kata Lieus, melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (10/4).
Lieus meminta kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) segera megambil tindakan tegas dengan melarang peredaran lebih lanjut video tersebut. Ia juga ingin para pembuat video dengan jargon '19 April 2017 Pilih Keberagaman' itu dilaporkan kepada polisi. Menurut Lieus, pembuat video sudah sangat jelas bertindak rasis dengan menghinakan golongan lain.
"Pembuat video itu tidak bisa dibiarkan. Tim Ahok. Mereka memberikan kesan betapa buruknya citra Islam dan betapa mulia suku Tionghoa dibanding suku lainnya di Indonesia. Ini jelas gambaran yang salah dan penuh kebohongan, ini penipuan yang disengaja untuk adu domba," ujar Lieus.
Seperti diketahui, video kampanye baru saja dirilis oleh Timses Ahok-Djarot untuk menyongsong hari pencoblosan Pilkada DKI putaran kedua pada 19 April mendatang. Video tersebut kemudian diunggah Ahok ke akun Twitter miliknya pada 9 April.
Di awal video terdapat adegan sekelompok pemuda dengan ekspresi kemarahan menggedot-gedor sebuah mobil yang ditumpangi oleh seorang ibu dan anaknya. Keduanya terjebak di dalam mobil dan ketakutan. Kemudian, muncul adegan sekelompok pria berpeci tengah berdemonstrasi dan membawa spanduk "Ganyang Cina". Lalu, terdapat adegan polisi wanita yang akan menjinakkan bom.
Video itu juga diisi dengan suara pidato Djarot saat Konser Gue 2 pada Februari lalu. "Saudara-saudaraku, seluruh warga Jakarta, waktu sudah mulai dekat. Jadilah bagian dari pelaku sejarah ini dan akan kita tunjukkan bahwa negara Pancasila benar-benar hadir di Jakarta," begitu kutipan orasi Djarot.
Suara Djarot tersebut berlatarkan adegan pebulutangkis Indonesia beretnis Tionghoa yang tengah berlaga dan adegan-adegan lainnya dari anak-anak muda yang memakai pakaian adat dari berbagai suku. Video itu juga menyelipkan adegan seorang keluarga yang sedang menonton tayangan sekelompok pria berpeci yang tengah berdemonstrasi di televisi.
Di akhir video, suara Djarot kembali muncul dan mengatakan 'Siapapun kalian, apa agama kalian, apa suku kalian, dari mana asal-usul kalian, saudara-saudara semua adalah saudara kita sebangsa dan setanah air dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama'. Video kampanye itu pun ditutup dengan jargon "19 April 2017 Pilih Keberagaman".
Bagi Lieus, dengan cara menjelekkan citra Islam dalam kampanye seperti di dalam video tersebut mengesankan kepanikan dari tim Ahok. Sebagai tokoh yang juga dari etnis Tionghoa, Lieus menyebut tidak ada sejarahnya Islam membenci orang Cina.
"Tidak ada sejarahnya Islam benci kepada orang Cina. Di Indonesia sudah banyak orang Tionghoa beragama Islam. Ahok dan timnya sudah terkena penyakit Paranoid," kata Lieus manambahkan.