Senin 10 Apr 2017 18:38 WIB

Pertamina Pikir-Pikir Gandeng Iran Setelah Sanksi Trump

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Logo Pertamina
Foto: Pertamina.com
Logo Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) masih mempertimbangkan kerja sama di bidang minyak dengan perusahaan minyak nasional Iran NIOC. Hal ini menyusul adanya sanksi baru yang dijatuhkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada Iran terkait uji coba rudal balistik.

Sanksi yang dijatuhkan ditargetkan kepada 25 individu dan perusahaan yang diduga terkait dengan program rudal balistik Iran serta pendukung pasukan Quds Iran. "Nah kita ingin menunggu nih, kebijakannya bapak Donald Trump ini untuk masalah sanksi kepada Iran seperti apa. Nah itu akan mendorong Pertamina untuk bisa mengakselerasi atau tidak. Tanda tangan kontrak dan sebagainya," ujar Senior Vice President Upstream Business Development PT Pertamina, Denie S Tampubolon di Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/4).

Ia menjelaskan, saat ini Pertamina tengah menjajaki kerja sama dengan Pemerintah Iran. Pertamina pun mempertimbangkan berbagai aspek termasuk masalah geopolitik yang tengah terjadi. "Dari pemerintah Iran juga sedang mempertimbangkan proposal yang Pertamina siapkan itu," ujar dia.

Menurut Denie, sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat kepada Iran merupakan sanksi politik. Kendati demikian, berbagai dampak yang diakibatkan oleh sanksi tersebut juga harus dipertimbangkan. "Kalau memang Trump atau perkembangan geopolitik itu tidak terjadi, yang namanya sanksi dicabut penuh, kita akan hitung nih bagi kita investasi itu terdampak betul nggak investasi itu, adanya sanksi. Kalau ada sanksi kita harus pelajari sekali lagi," jelas Denie.

Pertamina, kata dia, akan mempelajari berbagai komponen yang bisa terdampak akibat pemberian sanksi AS tersebut. Hal itu seperti dampak terhadap berbagai komponen yang ada hubungannya dengan industri perminyakan. "Misalnya saja apakah ke komponen kendaraan, ke komponen teknologi yang tidak bisa kita gunakan. Karena kan kita belum tahu yang dicabut apa, yang tidak dicabut apa. Jadi kita sedang cari tahu apa dampaknya terhadap investasi perminyakan," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Hulu PT Pertamina Syamsu Alam menyampaikan Pertamina menargetkan penyelesaian kajian kerjasama dengan Iran pada tahun ini. "Tahun ini kita harus closed," kata Syamsu. Sebelumnya, Pertamina tengah melakukan penjajakan kerja sama dengan dua lapangan minyak raksasa di Iran yakni Ab-Teymour dan Mansouri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement