REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Cina dan Korea Selatan sepakat pada Senin (10/4) menjatuhkan sanksi tegas terhadap Korea Utara jika negara itu kembali melakukan uji coba rudal jarak jauh. Sebelumnya, AS juga telah menyarankan sanksi dan tekanan lebih untuk mencegah pengembangan program nuklir Korea Utara.
Kepala utusan nuklir Korea Selatan Kim Hong Kyun mengatakan tidak ada opsi serangan militer dalam pembicaraan yang dilakukannya dengan Perwakilan Khusus Cina untuk Urusan Semenanjung Korea, Wu Dawei. Keduanya juga tidak membahas kemungkinan serangan terhadap Korea Utara oleh pemerintahan AS.
“Kedua belah pihak sepakat jika Korea Utara membuat provokasi strategis seperti uji coba nuklir atau peluncuran ICBM, maka harus ada langkah-langkah tambahan yang sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB,” kata Kim.
Kim menambahkan, kedua belah pihak sepakat resolusi PBB harus diadopsi dalam menghadapi uji coba senjata Korea Utara. Sementara Wu tidak memberikan keterangan apa pun kepada wartawan
Kunjungan Wu adalah kunjungan pejabat senior Cina pertama ke Korea Selatan, sejak munculnya rencana pengembangan sistem pertahanan rudal AS THAAD di Korea Selatan, yang menyebabkan pertikaian diplomatik antara Beijing dan Seoul. Cina sebelumnya mengatakan sistem tersebut akan menggoyahkan keseimbangan keamanan regional dan jangkauan radarnya akan mengganggu wilayah Cina.
Korea Utara bersiap merayakan peringatan besar bulan ini, yang dianggap sebagai kesempatan untuk melakukan uji coba militer. Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Moon Sang-kyun mengatakan, Korea Utara bisa kembali melakukan uji coba nuklir dan rudal.
Korea Utara telah mengundang sejumlah besar perwakilan media asing ke Pyongyang pekan ini. Negara itu akan menyambut “Hari Matahari”, yaitu ulang tahun kelahiran pendiri negara itu, Kim Il-sung pada 15 April.