Selasa 11 Apr 2017 05:07 WIB

Petani Tebu: Pasokan Gula Cukup, Pemerintah tak Perlu Tambah Impor

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Budi Raharjo
Petani memeriksa kebun tebu miliknya di kawasan Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Sabtu (15/2).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Petani memeriksa kebun tebu miliknya di kawasan Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Sabtu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para petani tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta pemerintah untuk tak menambah kuota impor gula konsumsi. Ketua Dewan Pimpinan Pusat APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan, sisa pasok gula 2016 dan produksi petani di 2017 harusnya dapat mencukupi kebutuhan nasional.

Soemitro menjelaskan, produksi gula lokal pada tahun 2016 mencapai 2,2 juta ton. Di tahun​ yang sama, pemerintah mengeluarkan izin impor sebanyak 1,4 juta ton. Artinya, ada 3,6 juta ton gula.

Sementara, berdasarkan hitungan APTRI, kebutuhan gula konsumsi nasional hanya 2,8 juta ton per tahun. Angka itu didapat dari asumsi rata-rata konsumsi gula per kapita yakni 11 kilogram per tahun. Dengan demikian, ada sisa pasok gula di tahun 2016 sebanyak 800.000 ton.

Kemudian, di awal tahun 2017, Kemendag kembali mengeluarkan izin impor sebanyak 400.000 ton. Artinya, sisa pasok bertambah menjadi 1,2 juta ton gula.

Dalam waktu dekat, sambung Soemitro, kebun-kebun tebu di Tanah Air juga akan segera memasuki masa panen. Ia memprediksi produksi gula tahun ini dapat mencapai 2,4 juta ton jika panen raya berhasil. Jika ditambah dengan sisa pasok yang sebanyak 1,2 juta ton, maka jumlah stok gula akan menjadi 3,6 juta ton. Artinya, Soemitro mengatakan, kebutuhan gula konsumsi nasional sudah aman. "Pemerintah tidak perlu lagi menambah impor," ujarnya, saat dihubungi Republika, Senin (10/4).

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa konsumsi gula tak sama dengan konsumsi daging. Kebutuhan gula bagi orang kaya dan miskin sama. Tak seperti daging yang lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas.

Bahkan, kata dia, konsumsi gula orang kaya cenderung lebih sedikit. Ini karena tingkat kesadaran mereka akan pengendalian kadar gula dalam makanan lebih tinggi. Karenanya, Soemitro meyakini kebutuhan gula untuk konsumsi nasional tak akan bertambah signifikan dari tahun ke tahun.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut kebutuhan gula konsumsi pada tahun 2017 mencapai 3,3 juta ton. Sementara, kapasitas produksi dalam negeri diperkirakan hanya 2,2 juta ton. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, pemerintah harus mendatangkan gula dari luar negeri. Namun begitu, Enggar memastikan volume impor tidak akan lebih besar dari selisih kebutuhan gula yang tidak mampu dipenuhi produsen dalam negeri.

"Kita akan mulai datangkan gula dari Australia, supaya tidak hanya dari Thailand saja. Harganya juga sudah sama," kata dia, usai memimpin rapat pengamanan stok pangan jelang Ramadhan dan Idul Fitri di Kementerian Perdagangan, Rabu (22/3) lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement