Senin 10 Apr 2017 22:45 WIB

Mensos Serahkan Santunan Korban Longsor di Nganjuk

Rep: Kabul Astuti/ Red: Ilham
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (ketiga kanan) mendengarkan pemaparan yang disampaikan Dandim Nganjuk Letkol Arhanut Sri Rusyono (kiri) saat mengunjungi daerah longsor di Desa Janti, Nganjuk, Jawa Timur, Senin (10/4).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (ketiga kanan) mendengarkan pemaparan yang disampaikan Dandim Nganjuk Letkol Arhanut Sri Rusyono (kiri) saat mengunjungi daerah longsor di Desa Janti, Nganjuk, Jawa Timur, Senin (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, NGANJUK -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meninjau lokasi longsor di Dusun Dlopo, Desa Kepel dan Dusun Jati, Desa Blongko, Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada Senin (10/4). Mensos menyerahkan santunan kematian kepada ahli waris korban meninggal dunia dalam bencana longsor tersebut.

Tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB, Mensos didampingi Bupati Nganjuk Taufiqurrahman, Danrem Madiun Kol. Inf. Piek Budiyakto, Dandim 0810 Letkol Arh. Sri Rusyono, Kapolres Nganjuk AKBP Joko Sadono, serta Wakil Bupati Nganjuk Abdul Wahid Badrus meninjau dapur umum yang dikelola TAGANA. Rombongan kemudian bergerak ke Posko Bencana Alam, dilanjutkan peninjauan lokasi longsor Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Mensos menyerahkan bantuan logistik untuk bencana alam Kabupaten Nganjuk senilai Rp 78.976.285. Meski sempat dicegah karena tingkat kerawanannya tinggi dan masih ada kemungkinan tanah bergerak, Khofifah tetap melanjutkan peninjauan dengan menggunakan motor trail. Mensos bertekad untuk melihat sendiri sehingga keputusan dan tindakan yang diambil telah didasarkan pada realitas empirik di lapangan.

"Apalagi ini lempengan gunung Wilis dari Trenggalek, Ponorogo, Nganjuk, Kediri sehingga masing-masing kabupaten ini betul-betul harus menyiapkan rencana tata ruang yang aman bagi warganya," ujar Khofifah Indar Parawansa, usai meninjau bekas longsoran Kabupaten Nganjuk, Senin (10/4).

Sebanyak lima orang menjadi korban tanah longsor pada Ahad (9/4) di Dusun Dlopo, Desa Kepel. Korban meninggal terdiri dari kakak beradik Donny (24 tahun) dan Bayu (14), Kodri (16), dan Dwi (18). Keempatnya merupakan warga Dusun Dlopo,  Desa Kepel, Kecamatan Ngetos. Korban kelima adalah Paidi (55) warga Dusun Jati Desa Blongko, Kecamatan Ngetos.

Khofifah menyerahkan santunan kematian kepada ahli waris korban meninggal dunia senilai Rp 15 juta per orang. Total santunan yang diberikan kepada ahli waris adalah Rp 75 juta. Mensos juga mengunjungi rumah duka keluarga Aksan, yang merupakan orang tua dari kakak beradik korban longsor, Donny dan Bayu.

"Bapak, kami turut berduka cita atas meninggalnya anak Bapak. Ikhlas ya Pak, Insya Allah mereka mendapat tempat terbaik di sisi Allah," kata Mensos kepada Aksan, orang tua Donny dan Bayu.

Bapak tiga anak itu menceritakan, sebelum kejadian, tidak mendapat firasat apapun. Kedua putranya bahkan belum berpamitan saat meninggalkan rumah. Donny merupakan anak sulung, sementara Bayu anak bungsu dari tiga bersaudara.

Menurut sang ayah, Donny dulunya anak pecinta alam. Ia tidak menyangka Donny akan mengajak adiknya melihat longsor. Istri Aksan, Hartini, tampak sangat terpukul kehilangan dua putranya sekaligus.

Bupati Nganjuk Taufiqurrahman mengungkapkan, longsor pertama terjadi Sabtu (8/4) dengan lebar 252 meter dan panjang 202 meter. Pada Ahad (9/4), hujan mengguyur dengan intensitas ringan di Kecamatan Ngetos.

"Hujan ringan mengakibatkan tanah bergerak terjadi pada jam 11.00 WIB dan memperlebar area longsor sekira 310 meter, panjang 900 meter. Longsor menutupi aliran sungai serta merusak areal pertanian," kata Bupati Nganjuk.

Taufiqurrahman mengatakan, tanah bergerak menimbun warga yang sedang melakukan aktivitas di area persawahan. Menurut keterangan saksi, korban Paidi tertimbun saat sedang mencari rumput di areal persawahan. Sementara empat korban lainnya meninggal saat sedang mengabadikan longsor.

Hingga Senin siang (10/4), sejumlah upaya telah dilakukan untuk melakukan evakuasi korban. Dinas Sosial Kabupaten Nganjuk mengerahkan seluruh mitra dinas sosial terdiri dari TAGANA sebanyak 20 personel, pendamping PKH sebanyak 130 orang, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) sebanyak 20 orang dan 2 Pekerja Sosial.

TAGANA juga telah mendirikan dapur umum untuk mencukupi kebutuhan logistik korban bencana longsor, sementara tim dari Dinas Sosial Kabupaten Nganjuk telah diterjunkan untuk memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga korban.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement