REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi dan situasi Republik Indonesia dirasakan mulai menuai ketegangan belakangan ini. Sejumlah ketegangan tersebut tidak terlepas dari masa kampanye Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang memiliki potensi mengarah pada perpecahan.
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengaku mulai merasakan adanya ketegangan tersebut. Bahkan, menurutnya, ketegangan itu tidak hanya dirasakannya sendiri.
"Itu (ketegangan) saya kira dapat kita rasakan semua, saya kira kita semua rasakan, punya kepekaan, karena itu kita kumpul di sini," kata Prabowo di rumahnya di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (10/4).
Prabowo mengatakan, ketegangan tersebut membuat semua orang dapat berkumpul di rumahnya. Mereka khawatir ketegangan tersebut memunculkan potensi perpecahan.
"Pak Zul (Zulkifli Hasan) baru tiba dari Bandung, Pak Busyro (Busyro Muqadas) dari Yogyakarta, banyak yang datang dari luar-luar. Jadi itu masalahnya, kita merasakan semua itu," kata dia.
Prabowo memang tidak mau mengatakan secara spesifik bahwa pertemuan ini juga menbahas perihal Pilkada. Hanya saja, dia menegaskan bahwa tidak mungkin saat ini orang duduk bersama dan tidak sedikitpun menyinggung soal Pilkada DKI.
"Tidak mungkin ya ada lima orang kumpul enggak bicara soal Pilkada DKI, kalian kumpul di Warung juga bicarakan soal pilkada," kata dia.
Presiden PKS Sohibul Iman berharap ketegangan yang dirasakan oleh sejumlah tokoh ini tidak meningkatkan ketegangan di Pilkada putaran kedua. Sohibul berharap agar Pilkada nanti dapat berjalan dengan bersih dan jujur.
"Kita berharap tanggal 19 April besok bisa kita jalankan dengan sejujur-jujurnya, seadil-adilnya, tidak boleh ada kecurangan, tidak boleh ada money politic, tidak boleh ada intimidasi, tidak boleh ada penyebaran rasa takut," katanya.
Sohibul mengatakan, biarkan saja masyatakat menentukan pilihannya sendiri. Dengan begitu, diharapkan agar ketegangan akan menurun dan mendapatkan pemimpin yang baik dan dipilih secara demokratis.