REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Gubernur Bali Made Mangku Pastika memamerkan keistimewaan Pulau Bali di hadapan ratusan investor dari negara-negara anggota Bank Pembangunan Islam (IDB). Keistimewaan dan kecantikan Pulau Dewata, ujar Pastika, sanggup membuat Raja Saudi Salman bin Abdulaziz memperpenjang liburannya di Bali selama beberapa hari.
Pastika sengaja menceritakan keelokan Pulau Bali dari segi kekayaan budaya demi menggaet investor agar mau menanamkan modalnya di pulau yang menjadi tujuan wisata nomor satu di Indonesia ini. "Bali sedang mengalami pertumbuhan pesat pariwisata. Pulau ini mengandalkan panorama yang indah, kebudayaan yang dipengaruhi agama Hindu, elemen itu telah menarik pelancong dari berbagai belahan dunia ke sini, beristirahat, bahkan bekerja," ujar Pastika dalam IDB Member Countries Sovereign Investments Forum di Nusa Dua, Bali, Senin (10/4).
Pastika menuturkan, dalam pengembangan pariwisata Bali masih membutuhkan banyak sekali pengembangan infrastruktur. Ia mencontohkan, fasilitas penunjuang yang masih harus dikembangkan adalah bandar udara, infrastruktur transportasi, fasilitas olahraga bertaraf internasional, dan pembangunan lainnya. Menurutnya, pemerintah pusat juga sudah mengeluarkan berbagai insentif dan kemudahan-kemudahan agar menarik para investor dari luar negeri.
Pastika juga menjamin keamanan dan iklim investasi Bali tetap kondusif. "Bahkan, tahun depan Bali menjadi tuan rumah bagi 15 ribu delegasi pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia. Semoga forum IDB ini bisa ikut menyebarluaskan potensi Bali," katanya.
IDB sendiri telah menyalurkan pembiayaan untuk proyek-proyek negara anggota hingga 127 miliar dolar AS hingga 2016 lalu. Dari angka tersebut, 53,3 persen penyaluran pembiayaan digunakan untuk membiayai kebutuhan di sektor infrastruktur, sedangkan 10,7 persen disalurkan untuk sektor pertanian. Sebagian kecil lainnya, 9,3 persen pembiayaan digunakan untuk proyek pendidikan dan kesehatan bagi negara anggota IDB.
Presiden IDB Bandar al Hajjar menyebutkan, dalam menyalurkan pembiayaan IDB juga melakukan skema PPP (Public-Private Partnership) atau Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) hingga 3,4 miliar dolar AS sepanjang tahun 2016 saja. Bandar menyebutkan, hingga saat ini sudah ada 78 dana cadangan investasi (Sovereign Wealth Fund / SWF) yang dihimpun oleh negara-negara di dunia. Hampir separuhnya, 32 SWF dimiliki oleh negara anggota IDB dengan total aset hingga 3,3, triliun dolar AS. Pembentukan SWF ini, lanjut Bandar, saat ini tak terbatas oleh negara-negara penghasil minyak bumi. Selama lima tahun belakangan, paling tidak 11 dana cadangan investasi telah dibentuk oleh negara anggota IDB termasuk Senegal, Tunisia, dan Turki.
Bandar menambahkan, dengan mempertimbangkan pengalaman dari SWF, minat investasi global, dan kebutuhan negara anggota untuk peluang co-financing IDB menggelar forum investasi berdaulat sebagai forum tahunan di salah satu negara anggota dalam rangka mengintensifkan investasi bersama. "Harapannya lebih banyak SWF akan didirikan dan kemitraan investasi yang kuat antara lembaga kami untuk membangun dan memperkuat keanggotaan," kata Bandar.
SWF sendiri, dikutip dari situs Kementerian Keuangan, merupakan kendaraan finansial yang dimiliki oleh negara untuk mengatur dana publik dan menginvestasikannya ke dalam aset yang lebih beragam. Fungsi sederhana dari SWF adalah untuk stabilisasi dan tabungan bagi negara pengelola dana cadangan investasi. Bagi Indonesia, sumber dana SWF bisa berasal dari dua hal, yakni hasil sumber daya yang tidak diperbarui seperti migas dan sumber kedua adalah dana berupa aset keuangan seperti saham, obligasi, properti, logam mulia, dan instrumen keuangan.