REPUBLIKA.CO.ID, LEICESTER -- Bekas pelatih Leicester City Claudio Ranieri menolak anggapan sejumlah pemain the Foxes sengaja bermain buruk agar pelatih asal Italia itu dipecat. Menurut Ranieri, saat-saat terakhirnya dengan Leicester memang sulit karena kondisi pemain sangat berbeda dari musim sebelumnya yang masih tanpa beban.
"Saya tidak bisa percaya pemain saya membunuh saya. Tidak, tidak, tidak, saya tidak percaya itu," kata Ranieri kepada Sky Sport, Selasa (11/4).
Berbincang dengan Sky Sports menjadi wawancara pertamanya sejak dipecat dari Leicester City. Daripada beranggapan para pemain di balik pemecatannya, Ranieri melihat persoalan ini tanggungjawabnya. Menurut Ranieri pemecatan juga karena prestasi tim yang buruk.
Ia menilai para pemain Leicester mungkin tidak memberikan yang terbaik karena punya masalah lain, di antaranya ketenaran. The Foxes sebelumnya menerima sedikit lalu tiba-tiba mendapatkan banyak.
"Ketika kembali ke pramusim setelah memenangkan gelar, keliling dunia, ke Amerika untuk melawan tim besar untuk pertama kalinya sepanjang hidup...situasinya benar-benar berbeda," kata Ranieri.
Walau pemecatan Ranieri penuh drama, penampilan tim Kawanan Rubah memang berubah. Craig Shakespeare, asisten Ranieri sebelumnya didapuk sebagai pelatih sementara. Ternyata, dia mampu mengembalikan performa Leicester.
Dari enam pertandingan terakhir, Shakespeare memenangkan lima laga. Pelatih asal Inggris itu juga meloloskan Leicester ke perempat final Liga Champions.
Pada Kamis (13/4) ini, Leicester akan menantang finalis Liga Champions musim lalu Atletico Madrid pada leg pertama perempat final Liga Champions di Estadio Vicente Calderon.