REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ribuan warga Kota Malang mengidap penyakit Tuberculosis (TB). Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, pada 2016 penderita TB sebanyak 1.851 jiwa. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2015 yang tercatat sebanyak 1.123 jiwa.
Kepala Dinkes Kota Malang Asih Tri Rachmi mengungkapkan naiknya angka penderita gangguan napas itu salah satunya karena penderita drop out dari proses pengobatan. "Proses pengobatan idealnya dijalani sampai tuntas jangan berhenti di tengah jalan karena bisa menyebabkan pasien lebih imun dari pengobatan," jelas Asih pada Senin (10/4).
Pada umumnya pengobatan berlangsung antara enam sampai sembilan bulan. Pasien juga dianjurkan untuk mengonsumsi susu tinggi kalori dan protein untuk mempercepat penyembuhan. Namun dalam setahun terakhir ada 113 pasien yang drop out dari pengobatan.
Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan selama pengobatan diduga menjadi penyebab pasien drop out. "Walaupun biaya pengobatan mahal namun pemerintah memberi bantuan pengobatan bagi warga miskin," lanjutnya tanpa menjelaskan lebih rinci jumlah bantuan yang diberikan.
Pasien yang drop out dalam masa pengobatan rentan menyebarkan bakteri TB kepada orang lain. Bakteri TB ditularkan melalui kontak langsung dengan perantara udara. Risiko penyebaran TB lebih tinggi terjadi di lingkungan warga miskin. "Rumah yang sempit dan kurangnya sirkulasi udara mendukung tersebarnya bakteri TB ke anggota keluarga lain," terang wanita berkacamata ini.
Menurut Asih, Dinkes berupaya menguatkan jaringan antara dokter mandiri, puskesmas, dan rumah sakit untuk mencegah penularan TB. "Saat ini sudah ada 53 dokter praktik swasta terlatih yang direkomendasikan untuk menangani pasien TB," pungkasnya.