Rabu 12 Apr 2017 17:01 WIB

Curhat Penumpang United Airlines yang Diancam akan Diborgol

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
United Airlines. Ilustrasi
Foto: Reuters
United Airlines. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Seorang penumpang United Airlines Geoff Fearns (59 tahun) menceritakan pengalaman buruknya menaiki pesawat maskapai tersebut. Presiden sebuah firma investasi ini sempat mendapat ancaman akan diborgol saat diminta turun dari pesawat.

Dilansir dari Los Angeles Times, Selasa (11/4), dia menghadiri konferensi bisnis di Hawaii pada pekan lalu. Karena dia harus kembali lebih awal, dia memesan tiket kelas pertama senilai 1.000 dolar AS menuju Los Angeles.

Fearns naik ke pesawat di Bandara Lihue di Pulau Kauai. Dia duduk di kursinya dan menikmati segelas jus jeruk sambil menunggu pesawat tinggal landas. Fearns mengatakan tiba-tiba datang kru maskapai yang memintanya turun dari pesawat.

"Saya bertanya kenapa. Mereka bilang penerbangan melebihi kapasitas," katanya.

Sama seperti penumpang United Airlines lain yang videonya viral kemarin, Fearns mempertahankan kursinya. Dia sudah berada di pesawat dan sudah duduk. Tidak seharusnya dia turun.

"Saat itu mereka mengatakan membutuhkan kursi untuk penumpang lain yang lebih penting yang datang pada menit-menit terakhir. Mereka mengatakan memiliki daftar penumpang prioritas, dan penumpang ini lebih penting ketimbang saya," ujarnya.

Usut punya usut, ternyata maskapai AS itu memiliki masalah mesin sehingga harus menukar pesawat dengan pesawat lain yang kursi kelas eksekutifnya lebih sedikit.

Baca: Netizen Cina Marah, Sebut United Airlines Diskriminatif

"Saya mengerti mereka mungkin memindahkan seseorang karena penerbangan penuh. Tapi mereka tidak bilang apa pun di pintu masuk. Dan sekarang mereka mengatakan tidak punya pilihan. Mereka bilang akan memborgol saya jika perlu," ujarnya.

Kemudian kru maskapai memberikan solusi kepada Fearns dengan menempatkannya di kelas ekonomi. Ia duduk di tengah-tengah pasangan suami istri yang sedang bertengkar dan menolak untuk duduk bersebelahan.

"Mereka terus adu mulut selama hampir enam jam perjalanan. Itu sangat 'menyenangkan'," kata Fearns.

Saat kembali di Southern California, dia berkonsultasi dengan pengacaranya, dan menulis surat kepada CEO United Airlines Oscar Munoz. Fearns meminta pengembalian penuh uang tiketnya.

Dia juga meminta United menyumbang 25 ribu dolar AS kepada lembaga amal pilihannya. Dia kemudian menerima surat elektronik dari layanan konsumen United yang meminta maaf atas ketidaknyamanannya.

Lantas bagaimana dengan sumbangan yang ia minta? Maskapai menolak memenuhinya.

Baca: [Video] United Airlines Seret Penumpang Keluar Pesawat Hingga Terluka

Alih-alih, United menawarkan pengembalian selisih uang penerbangan kelas pertama dan ekonomi. Mereka juga memberi kredit 500 dolar AS untuk perjalanan berikutnya dengan United.

Profesor bisnis di Azusa Pacific University, Julia Underwood mengatakan tindakan United terhadap Fearns dan penumpang yang diseret turun dari pesawat menggambarkan pola pikir berhati dingin yang tidak peduli terhadap konsumen.

"Mereka sangat terpaku pada kebijakan mereka, tidak ada ruang bagi empati," katanya.

Saat ditanya apakah Fearns akan terbang dengan United Airlines, dia menjawab sambil tertawa, "Kamu bercanda kan?"

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement