Rabu 12 Apr 2017 17:07 WIB

Siswa di Garut Laksanakan UN di Tenda Akibat Atap Ambruk

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Winda Destiana Putri
Ujian Nasional
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ujian Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Siswa SMAN 30, Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut terpaksa melaksanakan Ujian Nasional (UN) dengan suasana berbeda. Mereka mengerjakan soal UN di dalam tenda lantaran atap sekolah ambruk pada Selasa lalu (4/4).

Beruntung, BPBD Provinsi Jawa Barat memberi bantuan berupa dua tenda agar siswa bisa mengerjakan UN di dalam ruangan. Terpantau sejak hari pertama UN pada Senin (10/4) hingga hari ini, Rabu (12/4), para siswa yang masih mengerjakan UN secara tertulis harus rela berpindah lokasi ke dua buah tenda didirikan di lapangan sekolah.

Akibat insiden atap ambruk awal bulan lalu, tiga ruang kelas di SMAN 30 Garut belum bisa digunakan. Puing-puing rangka baja ringan dan material bangunan yang ambruk masih dibiarkan. Kepala SMAN 30 Garut, Dede Kustoyo mengatakan lantaran tak ada ruangan lagi pihaknya terpaksa memindahkan lokasi ujian ke dalam tenda. Dalam kondisi darurat, kata dia, para siswa harus tetap mengerjakan UN.

"Saya berharap pemerintah bisa segera memperbaiki kondisi sekolah yang rusak ini. Soalnya sangat mengganggu aktivitas belajar siswa, kasihan yang sedang ujian ini," katanya.

Dede mengakui pihak sekolah tak bisa berbuat banyak untuk mencari solusi menggelar ujian di dalam ruangan. Sehingga ia berharap para siswa memaklumi ujian di dalam tenda karena belum ada bantuan.

"Pastinya suasana di dalam tenda panas, apalagi ujiannya dimulai siang dari jam 10.30 sampai 12.30. Walau gitu, saya optimis siswa bisa lulus semuanya," ucapnya.

Di sisi lain, Dede juga memikirkan nasib para siswa kelas X dan XI yang akan kembali belajar usai pelaksanaan UN. Ia berharap pemerintah bisa mempercepat proses pencarian dana agar renovasi bangunan kelas bisa dipercepat.

"Yang saya pikirkan itu bagaimana adik-adik siswa kelas XII ini yang akan belajar. Untuk instansi terkait, mohon disikapi secepatnya. Kami butuh realisasi bukan birokrasi," jelasnya.

Sementara itu, siswa kelas XII, Anwar berharap ruang kelasnya yang rusak bisa secepatnya memperoleh perbaikan. Ia merasa tetap semangat walau penuh cobaan saat akan menghadapi UN. Ia termotivasi menamatkan pendidikannya.

"Kalau saya sih tidak akan belajar lagi di kelas. Tapi kasihan adik-adik kelas saya karena nanti harus belajar di teras ruang kantor. Inginnya segera diperbaiki," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan siswa kelas XII lainnya,  Ai Lismawati. Ia memang mengakui pelaksanaan UN di dalam tenda kurang nyaman dan panas. Tetapi dengan segala keterbatasan, ia berharap bisa memperoleh hasil UN dengan baik.

"Agak berisik juga ujian di dalam tenda. Beda dengan di kelas. Apalagi dekat ke jalan. Semoga saja ruang kelas yang rusak segera diperbaiki dan hasil ujian saya bagus," sebutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement