REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid meminta agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk menyaring segala informasi yang beredar di media sosial. Hal ini sebagai upaya untuk mengantisipasi isu Suku Agama Ras Antargolongan (SARA) yang digunakan para politisi.
"Kita masyarakat harus mengembangkan kemampuan untuk bisa menfilter informasi yang masuk. Jangan semua ditelan mentah-mentah. Harus melakukan cek dan ricek dulu," ujar Yenny usai diskusi publik bertema "Merawat Pemikiran Guru-Guru Bangsa" di Century Park Hotel, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (12/4).
Menurut Yenny, selama proses Pilkada DKI Jakarta banyak orang yang ingin mengambil kesempatan untuk kepentingan politik, sehingga isu agama pun dibawa-bawa. "Karena banyak sekali orang yang mau bermain di air keruh, mau jadi ikan lele. Kebenaran tidak lagi penting. Yang paling penting menghalalkan segala cara," ucap Yenny.
Karena itu, Putri almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini mengimbau agar masyarakat memandang bahwa Indonesia lebih penting daripada Pilkada DKI Jakarta. Karena, menurut dia, dalam Pilkada DKI keutuhan bangsa akan menjadi taruhannya.
"Rasa persaudaraan kita sebagai sesama penduduk Indonesia ini dipertaruhkan. Jangan biarkan Pilkada DKI mengoyak-mengoyak persatuan di masyarakat kita," katanya.
Ia menambahkan, masyarakat juga tidak boleh menggunakan berbagai cara hanya untuk memenangkan pasangan calon yang diusungnya. Menurut dia, siapapun paslon yang menang nantinya harus dihormati. "Jangan kemudian menggunakan cara-cara yang bisa menyuburkan intoleransi di tengah-tengah masyarakat. Jangan kemudian hal besar dikorbankan dengan hal kecil," ujarnya.