Kamis 13 Apr 2017 00:16 WIB

Rusia: Pemberontak Ingin AS Kembali Serang Suriah

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Citra satelit DigitalGlobe pada 7 April 2017 menunjukkan bangunan yang hancur di bagian tenggara pangkalan udara Shayrat, Suriah akibat diserang rudal tomahawk AS.
Foto: DigitalGlobe via AP
Citra satelit DigitalGlobe pada 7 April 2017 menunjukkan bangunan yang hancur di bagian tenggara pangkalan udara Shayrat, Suriah akibat diserang rudal tomahawk AS.

REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS -- Rusia menduga kelompok pemberontak sedang menyiapkan serangan gas kimia dan kembali menyalahkan rezim Suriah. Menurut Rusia, tindakan itu dilakukan untuk memprovokasi Amerika Serikat (AS) agar kembali menyerang Suriah.

Staf jenderal militer Rusia Kolonel Jenderal Sergey Rudskoi meyakini kelompok pemberontak masih menyimpan senjata kimianya di Khan Sheikhoun, pangkalan udara Jira, Aleppo barat dan juga di Ghouta.

"Pemberontak itu ingin membuat dalih baru untuk menyalahkan rezim Suriah yang menggunakan senjata kimia dan memprovokasi serangan baru dari AS," katanya seperti dikutip dari Belfast Telegraph, Rabu (12/4)

Seperti diketahui AS baru saja menyerang pangkalan udara Shayrat Suriah sebagai bentuk respons atas serangan gas beracun ke Khan Sheikhoun yang diklaim sebagai ulah militer Suriah. Akan tetapi Rusia membantah serangan itu dilakukan oleh rezim Bashar al Assad.

Rudskoi juga mengatakan, rezim Suriah mendukung lembaga internasional terkait untuk melakukan pemeriksaan di markasnya. Dan juga Rusia menjamin keamanan selama pemeriksaan tersebut.

Sementara itu Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengungkapkan pihaknya perlu melakukan pertemuan terlebih dahulu dengan dewan eksekutif mengenai penggunaan gas kimia di Suriah itu.

Diketahui pertemuan itu akan diadakan besok di markas besarnya di Hague. Pada pekan lalu OPCW mengatakan misi pencari fakta itu akan menganalisis setiap informasi dari semua sumber yang ada mengenai serangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement