REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perbedaan pendapat mewarnai jalannya pertemuan diplomat Rusia dan Amerika Serikat. Bahkan Rusia menantang Washington untuk membuktikan tuduhannya terhadap rezim Bashar al Assad tentang serangan gas kimia ke Kota Khan Sheikhoun, Suriah.
Baik Rusia maupun AS bersikeras dengan pendapatnya masing-masing selama pembicaraan tentang Suriah. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menunjukkan, tingkat kepercayaan antara kedua negara rendah. Hal itu memantik ketegangan.
"Kami tidak memiliki informasi yang kuat untuk menunjukkan bahwa ada keterlibatan pasukan Rusia dalam serangan ini," ujar Tillerson, dikutip Independent, Kamis (13/4).
Akan tetapi, kata Tillerson, Washington meyakini rezim Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab terhadap serangan yang menewaskan lebih dari 80 orang tersebut.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membantah penafsiran Washington. Ia mengatakan Rusia tidak yakin dengan tuduhan penggunaan gas sarin oleh AS. Dia meminta AS dan PBB melakukan penyelidikan yang jujur.
"Tidak ada bukti tentang itu. Kami yakin 100 persen jika kolega saya di PBB, seperti Den Haag akan mencoba menghindari penyelidikan ini. Ini menandakan bahwa mereka enggan menemukan kebenaran, tapi kami yakin kebenaran akan terungkap," ujar Lavrov.
Baca juga, PBB Lakukan Pertemuan Darurat Terkait Serangan Kimia Suriah.