REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Hubungan bilateral Amerika Serikat (AS) dan Rusia terlihat semakin memburuk semenjak terjadinya perang dingin. Pemimpin kedua negara menyatakan tingkat kepercayaan di antara masing-masing rendah.
Terlebih ketika Menter Luar Negeri AS, Rex Tillerson melakukan kunjungan negara ke Moskow dan membawa pesan agar menghentikan dukungannya terbadap rezim Suriah. Sedangkan dalam konferensi pers terakhir Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengungkapkan bahwa Rusia memveto resolusi PBB terbaru dengan mengecam laporan tentang penggunaan senjata kimia di Suriah.
Presiden AS Donald Trump sempat menjelaskan kondisi hubungan kedua negara memang kurang baik setiap waktu. Sementara beberapa jam sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan kedua negara tidak membaik justru semakin memburuk.
Selama kunjungannya di Moskow, Tillerson mengakui hanya mencapai sedikit kesepakatan selama pertemuan. "Dua kekuatan nuklir terkemuka di dunia tidak memiliki jenis hubungan ini," kata Tillerson, dikutip Skynews, Kamis (13/4).
Dia juga mengulang klaim AS yang menyebut militer Suriah telah merencanakan, mengatur dan melakukan serangan gas kimia ke permukiman warga sipil Suriah yang menewaskan lebih dari 80 korban. Dan menyatakan sikap Trump jelas mengenai Suriah, yakni meminta Bashar al Assad turun dari kekuasaannya.
Sementara Lavrov justru mengecam tindakan AS yang telah menyerang Suriah dengan rudal jelajah. Menurutnya, tindakan Washington tak terduga. Lebih jauh salah satu pejabat Rusia juga mengatakan kepada kantor berita Rusia bahwa tindakan Washington itu menunjukkan sikap keprimitifan dan keburukan.