REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir melihat riset di bidang energi dan energi terbarukan sangat penting digali di Provinsi Bangka Belitung. Perguruan tinggi harus mampu menangkap peluang riset yang memiliki manfaat besar bagi daerahnya.
“Listrik di Babel masih sangat kurang, hari ini saya sudah mengalami empat kali mati lampu. Riset di bidang pembangkit listrik dari tenaga nuklir sangatlah bermanfaat, hampir semua negara maju di dunia telah memanfaatkan tenaga nuklir sebagai sumber energi,“ kata Nasir di Universitas Bangka Belitung, dalam siaran pers diterima, Jumat (14/4).
Menurut Menristekdikti, riset pembangkit listrik tenaga nuklir dunia saat ini sudah mencapai generasi ke-IV, yaitu High Temperature Gas Cooled Reactor (HTGR). Teknologi ini sangat aman, karena jika terjadi bencana reaktor akan mati secara otomatis, sehingga memiliki level keamanan yang sangat tinggi.
Ia melanjutkan, satu pembangkit listrik tenaga nuklir dapat menghasilkan lebih kurang 5.600 MW listrik. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah melakukan studi kelayakan dan uji tapak pembangunan PLTN di Kabupaten Bangka Barat dan Bangka Selatan. Dari kajian tersebut disimpulkan bahwa di dua kabupaten tersebut layak dibangun PLTN.
"Dari hasil kajian, struktur tanah di Bangka Belitung cocok untuk PLTN, karena selama ini cukup stabil dan bebas dari gempa," ujar Menristekdikti.
Nasir juga mendorong tumbuhnya budaya penelitian di perguruan tinggi. Menurutnya, setiap perguruan tinggi harus memiliki rencana pengembangan jangka panjang. Universitas Bangka Belitung sebagai perguruan yang masih berusia muda harus mulai mengembangkan diri secara bertahap dari pengembangan sistem pembelajaran, riset, sampai kualitas dosen, dan mahasiswa.
Menristekdikti mendorong agar dosen di Universitas Bangka Belitung untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. “Tahun ini Kemenristekdikti menyediakan sekitar 2.500 beasiswa bagi dosen yang ingin kuliah lagi,” kata Nasir.
Rektor Universitas Bangka Belitung Muhammad Yusuf menyampaikan bahwa UBB yang berdiri pada 12 April 2006 merupakan hasil penyatuan dari Politeknik Manufaktur Timah (Polman Timah), Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER Bangka), dan Sekolah Tinggi Teknik Pahlawan 12 (STTP 12). “Saat ini UBB memiliki lima fakultas dan 19 program studi yang diampu oleh 186 dosen, 15 orang di antaranya telah doktor,” kata Muhammad Yusuf.