REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani kembali mencalonkan diri dalam pemilu yang akan diselenggarakan pada Mei mendatang. Rouhani mendaftar sebagai calon pada Jumat (14/4), untuk bisa menjalankan jabatan presiden periode kedua.
“Sekali lagi, saya berada di sini untuk Iran, Islam, juga kebebasan dan stabilitas di negeri ini. Saya mendesak semua warga Iran untuk memilih Iran dan Islam,” kata Rouhani kepada wartawan, dikutip Al-Arabiya.
Ia memenangkan pemilu dengan telak pada 2013, ketika berupaya mengakhiri isolasi diplomatik Republik Islam dan menciptakan masyarakat yang lebih bebas. Akan tetapi ia menghadapi tentangan dari kelompok konservatif garis keras karena ketidakpuasan mereka terhadap perekonomian Iran.
Ulama Syiah yang cukup berpengaruh, Ebrahim Raisi, tampaknya akan menjadi kandidat kuat dari kelompok konservatif, untuk melawan Rouhani. Sekutu Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, ini juga mendaftarkan diri sebagai kandidat pada Jumat (14/4). Namun dilaporkan, beberapa tokoh konservatif terkemuka, termasuk ketua parlemen Ali Larijani, telah memberikan dukungan di belakang Rouhani.
Meskipun Rouhani menang dalam satu putaran dengan mendapatkan dari 50 persen suara pada pemilu 2013, ia dinilai akan menghadapi pemilu yang lebih sulit kali ini. Banyak warga Iran yang mempertanyakan lambatnya perekonomian negara sejak pencabutan sanksi nuklir atas dasar kesepakatan dengan kekuatan dunia.
Masa pendaftaran lima hari untuk pemilihan pemilu 19 Mei dimulai pada Selasa (11/4). Setelah pendaftaran, akan ada proses pemeriksaan dari badan pengawas.
Lebih dari 950 orang telah mendaftar sejauh ini untuk pemilu Iran. Beberapa mantan menteri dan mantan presiden garis keras, seperti Mahmoud Ahmadinejad, juga turut mendaftar.