REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan Gubernur DKI Jakarta untuk lima tahun mendatang akan dipertaruhkan pada 19 April. Masyarakat Jakarta menjadi kunci utama seperti apa penampilan Jakarta ke depan. Salah satu upaya untuk menentukan calon yang tepat memimpin Ibu Kota dimulai dari masa tenang yang dimulai hari ini.
Melalui masa tenang, pemilih bisa berpikir lebih kritis dalam menentukan pilihannya nanti ketika hari pencoblosan.
"Setelah mendengar dan melihat gagasan pasangan calon untuk perbaikan Jakarta lima tahun mendatang, masa tenang adalah waktu di mana pemilih mempelajari, membandingkan dan menentukan pilihannya untuk hari pemungutan nanti," kata Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)
Masykurudin Hafidz melalui siaran pers, Ahad (16/4).
Masykurudin menuturkan, semestinya sudah tidak ada lagi praktik kampanye, dari yang terselubung maupun yang terang-terangan. Pasangan calon, tim kampanye, tim sukses, dan seluruh pendukung, kata dia, harus menghentikan kegiatannya dalam memengaruhi pilihan pemilih.
"Kini saatnya beralih fokus kepada persiapan pemungutan dan penghitungan suara," kata dia.
Setiap Paslon dan tim sukses bisa memeriksa kembali apakah para saksi di tempat pemungutan suara (TPS) telah mempunyai kemampuan standar untuk menjaga pelaksanaan pemungutan suara berjalan luber dan jurdil. Koordinasi intensif dengan penyelenggara Pemilu dapat dilakukan lebih awal agar terjamin komunikasi yang baik nantinya.