REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kasus teror gereja Santo Yusup (gereja Jago) Ambarawa harus diungkap tuntas. Meskipun, aparat kepolisian menengarai pelaku aksi teror ‘Kamis Putih’ ini mengalami gangguan jiwa, peristiwa yang menodai toleransi umat di Kabupaten Semarang ini harus didalami.
Bupati Semarang Mundjirin mengatakan, selama ini Kabupaten Semarang terkenal ‘adem ayem’, toleran dan antar umat beragama bisa saling menjaga kondusifitas daerahnya. “Makanya, aksi di gereja Jago itu sangat disesalkan,” ujarnya, di Ungaran, Ahad (16/4).
Menurut bupati, berbagai informasi aksi teror ini pun mengemuka menyusul penangkapan Ghofarodin (37), warga RT 06 RW III Bergas Lor, Bergas, Kabupaten Semarang. Karena yang bersangkutan diduga mengalami gangguan kejiwaan. Pertanyaannya, apakah yang bersangkutan ini betul- betul orang gila atau bukan. Sebab jika pelaku ini gila ternyata bisa bikin bom molotov dan memiliki sejumlah petasan.
“Makanya ini perlu ditelusuri lebih mendalam,” tambahnya.
Kalaupun yang bersangkutan memiliki persoalan dengan kejiwaannya, lanjut Mundjirin, mengapa Ghofarodin ini bisa berada di waktu dan tempat yang tepat saat melakukan aksi teror tersebut. Oleh karena itu, ia pun meminta agar aksi teror Kamis (13/4) siang kemarin, jangan dianggap enteng. Orang nomor satu di Kabupaten Semarang ini meminta pihak berwenang untuk menyelidiki siapa di balik aksi teror ini.
“Ini persoalan sensitif yang harus diungkap siapa saja yang terlibat,” tandasnya.