REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Gas Negara (PGN) membutuhkan dana investasi sebesar 25 miliar dolar Amerika Serikat untuk pembangunan infrastruktur hingga tahun 2025. "Itu semua untuk pembangunan infrastruktur hilir, total biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan sampai 2025. Namun bukan berarti semuanya dari PGN," kata Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso, belum lama ini.
Dia menjelaskan porsi tersebut untuk kebutuhan nasional. Ada kemungkinan untuk operasional oleh Pertamina, PGN sendiri atau bahkan diserahkan kepada swasta untuk menyiapkan infrastrukturnya. Investasi ini untuk dapat mendukung capaian target bauran energi pada tahun 2025.
PGN Bangun 6.000 Jaringan Gas di Musi Banyuasin
"Untuk mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) naik dari sebelumnya 19,6 persen menjadi 22,5 persen pada tahun 2025, PGN membutuhkan setidaknya dua kali lipat volume gas yang dialokasikan pada 2016," kata Hendi Prio Santoso Selasa (11/4), dalam acara konferensi energi.
Selain itu, ia juga mengatakan membutuhkan dukungan infrastruktur dari berbagai lini, misalnya, dukungan ketersediaan pipa dan jaringan distribusinya. Dimensi pipa yang dibutuhkan setidaknya tiga kali lipat dari saat ini, atau setidaknya 25.000 km jaringan transmisi baru.
Kemudian, untuk mencapai efisiensi ia mengatakan sedang memasukkan usulan untuk percepatan regulasi dan kemudahan infrastruktur. Percepatan tersebut di antaranya percepatan pembangunan beberapa transmisi daerah Sumatera, pipanisasi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, beserta upaya melakukan pembangunan "virtual grade" Indonesia Tengah dan Timur.