REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebanyak 700 warga Palestina yang jadi tahanan Israel mengumumkan awal mogok makan di penjara, Ahad (16/4). Menurut pernyataan yang dirilis Israel's Prison Service, aksi ini dikampanyekan pejabat faksi Fatah, Marwan Barghouti.
Ia dan sejumlah aktivis lain di dalam penjara telah mengajukan permintaan sejak dua pekan lalu, termasuk menghapus kebijakan penahanan tanpa peradilan dan penahanan soliter. Para tahanan juga meminta otoritas Israel mengembalikan hak mereka yang sebelumnya dihapus, seperti pembatasan kunjungan keluarga hingga menerapkan biaya telepon.
Sebanya 700 tahanan yang ikut aksi mogok makan tak hanya dari faksi Fatah, tapi juga Hamas dan Islamic Jihad. Aksi ini dilanjutkan Senin pagi dengan jumlah partisipan yang lebih banyak. Jumlahnya diperkirakan mencapai 2.000 orang.
Dilansir dari Haaretz, Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah bahkan mengumumkan dukungannya pada aksi ini. Dukungan juga datang dari para pemimpin Hamas di Jalur Gaza.
Ancaman mogok makan ini telah beredar sejakbeberapa pekan lalu. Hingga akhirnya 16-17 April dipilih karena berdekatan denan Ramadhan. Akhir Mei yang jadi awal Ramadhan akan jadi ajang mogok makan mereka secara penuh.
Aksi ini dinilai cukup mengancam situasi Palestina-Israel. Pasalnya, aksi mogok makan bisa memicu gelombang kekacauan baru bagi Israel. Menurut peraturan penjara, tahanan yang menolak makanan mereka termasuk pelanggaran.