Senin 17 Apr 2017 13:34 WIB

[analisis] Antitesis Taktik Conte Bernama Ander Herrera

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Andri Saubani
Pelatih Manchester United, Jose Mourinho (kedua kiri) memberikan instruksi kepada Ander Herrera pada laga Liga Primer lawan Chelsea di Old Trafford, Ahad (16/4). United menang 2-0.
Foto: AP Photo/ Rui Vieira
Pelatih Manchester United, Jose Mourinho (kedua kiri) memberikan instruksi kepada Ander Herrera pada laga Liga Primer lawan Chelsea di Old Trafford, Ahad (16/4). United menang 2-0.

REPUBLIKA.CO.ID, Pelatih Manchester United (MU) Jose Mourinho berhasil menjaga harga diri tim saat menjamu pemuncak klasemen Liga Primer Inggris, Chelsea di Old Trafford, Ahad (17/4) malam. Pada laga yang berkesudahan 2-0 itu, Iblis Merah unggul melalui gol Marcus Rashford pada menit keenam dan Ander Herrera pada menit ke-49. Bukan hanya skor akhir saja yang membuat kubu MU bangga, sang pelatih sukses membuat startegi Chelsea mati suri.

Sejak awal pertandingan, Mourinho memberi syok terapi pada para pendukungnya dengan memainkan pola 3-5-2. Dia pun membangku cadangkan Zlatan Ibrahimovic dan Henrikh Mkhitaryan dengan lebih mempercayai dua penyerang muda (Rasford-Lingard) serta Marouane Fellaini dan Ashley Young yang menjabat sebagai kapten pada laga kali ini.

Belajar dari dua kekalahan sebelumnya, Mourinho tentu bukan pria sepolos itu dengan memasukkan pemain-pemain 'minus'. Justru allenatore asal Portugal tersebut langsung menerapkan pencerminan (mirroring) taktik milik Antonio Conte dengan memainkan skema tiga bek. Yang berbeda adalah Mou tidak meletakkan ujung tombak tunggal (/target man) seperti milik Chelsea, Diego Costa.

Tampaknya, pilihan Mou lebih kepada menumpuk para pemain di lini tengah diisi oleh lima pemain seperti Valencia, Herrera, Fellaini, Pogba, dan Ashley Young. Sementara, Lingard dan Rashford diplot untuk bergantian mengisi posisi menyerang (role position), sehingga United seperti memainkan dua penyerang. Padahal, dua pemain mudanya itu mengawali peregerakan posisi mereka dari lini tengah, bukan lini depan.

Terbukti, MU langsung bisa mencetak gol setelah Ander Herrera mengintersep bola di lini tengah. Pemain asal Spanyol itu kemudian langsung mengirim operan terobosan kepada Rashford yang tinggal berhadapan dengan Asmir Begovic.

Peran tiga gelandang tengah MU (Herrera, Fellaini, dan Pogba) begitu krusial pada laga kali ini. Mereka tentu dituntut mematahkan alur bola Chelsea di lini tengah, memblok peran bebas Eden Hazard. Sedangkan, Antonio Valencia dan Ashley Young meredam pergerakan Victor Moses serta Azpilicueta di lini sayap Chelsea.

Adapun, dua pemain depan Rashford dan Lingrad lebih rajin turun ke tengah (menjemput bola) dan turut membantu memberikan pengawalan pada Nemaja Matic (Fabregas) dan N'Golo Kante. Tugas penting pun sukses di lakukan Herrera. Dia yang diplot untuk menempel pergerakan Hazard pada partai kali ini mampu menjalankan perintah sang pelatih dengan tidak memberikan celah sedikitpun bagi penyerang asal Belgia itu.

Peran Herrera sebetulnya juga diterapkan oleh Mourinho pada pertemuan kedua tim di ajang Piala FA beberapa bulan lalu. Namun, gelandang bertubuh mungil itu harus keluar pada menit ke-35 setelah melakukan pelanggaran kedua dan membuat timnya kalah dari sang lawan.

Meski demikian, kali ini Mourinho telah memberikan wejangan tertentu pada Herrera untuk bisa mengendalikan emosionalnya di atas lapangan dan tidak melakukan hal-hal diluar rencana pelatih. Ya, publik Old Trafford kembali bergemuruh pada menit ke-49. Setelah sukses memberikan assist kepada Rashford, Herrera kemudian mampu mencatatkan namanya di papan skor. Dirinya berhasil meluncurkan tendangan keras dari sebelah kanan gawang Chelsea. Bola sempat membentur Kurt Zouma sebelum akhirnya merobek gawang Begovic untuk kali kedua.

Herrera, ia bukan hanya berhasil menjaga Hazard. Namun, pemain bernomor punggung 21 itu juga mampu menjadi gelandang kreatif yang menjadikannya Man of The Match (MoTM) pada laga ini. Pada golnya bahkan kita bisa melihat jika ia dapat bertahan dan menyerang dengan begitu seimbang.

Saat bertahan, area permainannya berada di sisi kanan (sisi kiri penyerangan Chelsea, di mana Hazard bermain). Tapi ketika menyerang, ia bisa menjelajah lapangan sampai ke wilayah manapun. Tembakannya yang menghasilkan gol berasal dari pergerakan Herrera di kiri (sisi kanan pertahanan Chelsea).

Alhasil, dalam satu pertandingan semalam, pemain asal Spanyol ini berhasil memainkan tiga peran sekaligus, yaitu man-marking (Hazard), playmaker, serta box-to-box midfielder. Betapa melelahkan pekerjaannya. Bukan hanya berhasil mencetak dua gol, MU juga membuat Chelsea tidak mencatatkan satupun tembakan tepat sasaran ke arah gawang (shot on target) semalam. Diego Costa dibiarkan tidak tersuplai. the Roman Emperor benar-benar terlihat kalah dalam agresifitas di lini depan.Wajar juga kemudian, Herrera yang akhirnya mendapatkan kartu kuning.

Menjelang akhir pertandingan, ia menyerahkan peran /man-marking-nya tersebut kepada Michael Carrick. Chelsea bahkan terpaksa meninggalkan skema tiga bek mereka untuk mereka ubah sampai tiga kali.

Pergantian skema terjadi saat Conte menurunkan Cesc Fabregas (Moses). Formasi the Blues dari 3-4-3 menjadi 4-2-3-1 dengan meletakkan Fabregas sebagai gelandang serang tengah. Tak terjadi perbedaan di papan skor, pelatih asal Italia tersebut kembali memutar strategi dengan memasukan Willian (Matic), pola permainan pun membentuk 4-2-4, Pedro berpindah ke sayap kiri, Willian sayap kanan, serta Hazard dan Costa di tengah.

Masih belum berhasil mengakali mirroring Mourinho, Conte melakukan perubahan ketiga ketika memasukkan Ruben Loftus-Cheek pada menit ke-83 menggantikan Kurt Zouma, di mana Chelsea kembali memainkan 4-2-3-1 dengan Pedro sebagai full back.

Dari awal pertandingan harus diakui bahwa London Biru sendiri tidak maksimal memainkan skema tiga bek mereka karena Marcos Alonso menderita cedera saat pemanasan. Posisi wing back kemudian diisi oleh Azpilicueta yang biasanya ditempatkan di jantung pertahanan bersama Cahill dan David Luiz.

Sedikit untuk diketehaui bahwa Antonio Conte kerap kesulitan bahkan mampu kalah ketika sang lawan menerapkan strategi mirroring. Sunderland di bawah David Moyes lah yang mempelopori frasa 'matching up' karena dirinya melakukan plagiat pada taktikal Conte.

Meski demikian, otak dari mirroring tersebut adalah pelatih timnas Jermain, Joachim Loew. Bagaimana tidak, masih segar diingatakan kita bukan, bahwa timnas Italia yang diarsiteki Conte waktu itu dibuat frusrtasi dengan hasil imbang hingga pertandingan Piala Eropa 2016 harus diselesaikan melalui adu penalti

Dengan kesimpulan ini maka, Conte patut mewaspadai penerapan formasinya. Dia harus memiliki opsional taktik jika berada dalam tekanan seperti melawan Manchester United semalam.

Klasemen Premier League Musim 2024
Pos Team Main Menang Seri Kalah Gol -/+ Poin
1 Liverpool Liverpool 12 10 1 1 24 16 31
2 Manchester City Manchester City 12 7 2 3 22 5 23
3 Chelsea Chelsea 12 6 4 2 23 9 22
4 Arsenal Arsenal 12 6 4 2 21 9 22
5 Brighton Brighton 12 6 4 2 21 5 22
sumber : ESPN FC, Daily Star, Whoscored
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement